Jangan Merusak Wibawa dan Marwah Agama Islam di Panggung Dunia. Oleh : Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria.
Muballig sebagai musyidul ummah (penuntun ummat) dan fungsionaris dakwah diamanahkan oleh masyarakat untuk memberikan wejangan dan pencerahan. Namun dalam memahami ayat dan hadist, terkadang sebahagian muballig terkadang menafsirkan sabda Rasulullah SAW dan firman tuhan secara parsial. Bukan secara menyeluruh dan terinci. Begitu banyak hadis yang diinterpretasi terkadang tidak mengunakan ilmu ushul hadis dan mustalahul hadis. Secara bebas sebagian muballig memberikan pengertian dan pemaknaan.
Sebagai khadimul ummah (pelayan ummat) dan mursyidul ummah (penunjuk ummat). muballig harus mempunyai wawasan yang luas. Mempunyai refrensi baik bidang agama ataupun non agama yang banyak agar menarasikan suatu kajian tidak parsial dan beraroma radikal, ekstrim dan libral.
Kita biasa mendapati muballig dan muballigah yang terlalu berani mengklasifikasi suatu persoalan. Tanpa terlebih dahulu mengkaji dan mendalaminya masalah tersebut. Seperti kasus yang diceritakan oleh beberapa teman yang berprofesi sebagi muballig di beberapa kabupaten. Mereka keprihatinan melihat para muballig yang mempunyai kapasitas keilmuan yang sangat terbatas dan cenderung apa adanya.
Pernah kami mendengar dengan lantangnya seorang muballig membawakan khotbah jumat dengan kajian sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi yang bernama Anas Bin Malik. “Akan datang suatu masa. Dimana masa itu akan lebih buruk dari pada masa yang sebelumnya”.
Lalu hadist ditafsirkan hanya dengan pendekatan logikanya semata. Dengan mengasumsikan bahwa tahun 2019 yang kita jalani saat ini akan lebih buruk dari pada kehidupan yang kita jalani ditahun 2018. Tanpa menjelaskan dimana letak dimensi keburukanya.
Kalau kita ingin mengkaji lebih jauh, maka kita akan menemukan suatu mutiara hikmah. Ternyata yang dimaksud dengan hadis tersebut bukan berkaitan dengan keburukan dan kerusakaan dalam persoalan dunia. Karena hal ini pasti bertentangan dengan fakta empiris. Apalagi kita sekarang akan menghadapi revolusi induatri 4.0 yang semuanya dengan mengunakan sistem digitalisasi yang amat canggih.
Tetapi yang dimaksud dengan sabda Nabi Muhammad SAW “akan datang suatu masa. Dimana masa itu lebih buruk dari pada masa yang sebelumnya”, mempunyai dua interpretasi.
Yang pertama, bahwa ilmu agama akan semakin berkurang. Hal itu dikarenakan banyaknya para ulama yang sudah meninggal yang sampai saat ini belum ada gantinya. Ditambah banyaknya generasi muda yang acuh tak acuh mondok di pondok pesantren. Hal itu dikarenakan pengaruh kehidupan dunia yang penuh dengan glamour. Dan yang kedua, banyah fitnah atau cobaan yang menimpa ummat manusia yang terjadi. Mulai dari korupsi, ekploitasi wanita dan anak-anak, illegal loging, dan masih banyak lagi dekadensi moral yang lainnya.