Seandainya Cawapres Jokowi bukan Kyai Makruf Amin
Oleh : Tubagus Soleh
Pilihan Pak Jokowi memang tepat, dengan menggandeng KH Makruf Amin sebagai Wakil Presiden mendampingi beliau. Saya tidak tahu, pilihan kepada Kyai Makruf Amin berdasarkan kajian serius atau sekedar taktis strategis sesaat. Tapi setidak tidaknya situasi politik menjadi sangat kondusif dan sangat terkendali.
Dengan menggandeng Kyai Makruf Amin menjadi Cawapres, setidaknya isu politisasi agama menjadi reda bahkan nyaris kehilangan energinya. Kita tidak bisa menafikan fakta ini. Walaupun secara elektabilitas Pak Jokowi belum beranjak jauh meninggalkan Prabowo. Menurut beberapa hasil survai yang di publish elektabilitas pak Jokowi masih kisaran 50 % lebih dikit.
Tentu saja hasil ini tidak begitu menggembirakan bagi sebagian pendukung Jokowi yang mengharapkan durian runtuh dengan masuknya Kyai Makruf Amin sebagai Cawapres Jokowi.
Mereka menganggap dan berharap elektabilitas Pak Jokowi bisa langsung melambung melesat meninggalkan Prabowo Sandi.
Yang mereka lupa adalah, situasi dan kondisi politik yang dinamis bahkan bisa menjadi jebakan batmen bagi Pak Jokowi sendiri.
Masih kuat dibenak masyarakat luas memori perlawanan 212 dalam mengalahkan petahana di dki jakarta yang diidentikan dengan Jokowi dan partai pendukungnya. Isu agama tetap masih menjadi Ancaman laten yang bisa menumbangkan Pak Jokowi kapan saja. Terlebih di injury time pilpres yang tinggal menghitung jari.
Sosok Kyai Makruf menjadi bandul yang menentukan bagi pertahanan Pak Jokowi. Salah besar jika kehadiran Kyai Makruf Amin dianggap tidak memiliki pengaruh apa apa dan hanya menjadi beban politik Pak Jokowi.
Mencuatnya Vonis Hukum Ahmad Dani dan Buni Yani yang di goreng sedemikian rupa seolah olah tidak ada keadilan hukum antara penista agama dengan vonis Ahmad Dani dan Buni Yani, bila tidak diantisipasi dengan cerdas bakal menjadi peluruh lawan politik Pak Jokowi yang sangat ampuh untuk meluluhlantahkan benteng pertahanan politik pak Jokowi cs.
Jujur saja, Politik identitas masih menjadi bahaya laten bagi pak Jokowi. Meskipun tidak segarang ketika masa pilkada DKI. Setidaknya, sewaktu waktu bisa saja politik identitas dimainkan oleh pihak pihak yang tidak menginginkan Jokowi terpilih kembali pada periode ke 2.
Memang magmanya tidak terlihat dengan kasat mata. Tapi bila kita cermati dengan seksama ada fenomena aneh yang kontradiktif di lapangan. Misalnya, kita melihat dengan mata telanjang para caleg partai pengusung #01 tidak pede bahkan tidak berani masang foto Pak Jokowi Makruf Amin di baliho baliho bersama diri sang caleg. Hal ini berbeda sekali dengan para caleg pasangan #02 yang begitu pede pasangan foto Pak Prabowo dan Sandi dalam baliho, pamplet dan brosur brosur bersama dirinya yang dibagikan kepada masyarakat.
Padahal hasil survai yang di realease menunjukan Paslon 01 Pak Jokowi Amin masih unggul daripada pasangan 02 pak Prabowo Sandi. Tapi mengapa dilapangan faktanya para caleg dari partai pengusung tidak pede memasang foto pak Jokowi Amin di baliho, pamplet dan brosurnya? Ini merupakan fakta politik yang aneh.
Kita sebagai kaum awan yang merelakan diri menjadi relawan garda terdepan sangat geli membaca keganjilan politik ini. Karena patut diduga ketidakberanian para caleg memasang foto Jokowi Amin, disebabkan ada kegamangan tidak mendapat suara dari pemilih Umat Islam. Yang masih memandang kekhawatiran terhadap Pemerintahan Pak Jokowi. Serta di tambah hoaks yang sungguh sangat luar biasa dampaknya.
Akhirnya, saya punya kesimpulan sendiri, seandainya cawapres Pak Jokowi bukan Kyai Ma’ruf Amin. Pasti kasak kusuk di basis akar rumput, akan lebih panas lagi. Dan bisa saja benar kata para pengamat, Pak jokowi dikalahkan oleh hoaks dan ketakutan. Yang sudah disebar kepada masyarakat jauh-jauh hari, sebelum Pilpres dimulai. Atau anda punya pendapat sendiri? Silahkan saja.