oleh

The Prabowo Show, Fenomena Tuduhan Tanpa Dasar

The Prabowo Show, Fenomena Tuduhan Tanpa Dasar. Oleh: Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria.

Keistimewaan manusia dibandingkan hewan terletak pada akalnya. Al-Quran mengatakan dengan tegas bahwa derajat manusia akan lebih hina daripada binatang jika tidak mengfungsikan akalnya dengan tepat. Bahkan ada sebuah ungkapan yang mengatakan, “berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah setahun”.

Dalam ungkapan yang lain, “berpikir sesaat lebih baik daripada qiyamul lail semalam suntuk”. Begitu mulianya akal ketika digunankan untuk tafakkur. Kambing, sapi, amat sangat bermanfaat jika dipakai untuk aqiqah dan qurban dibandingkan dengan manusia yang terkadang suka berbuat gaduh, onar, lantaran tidak menggunakan akal sehatnya.

Dalam kontestasi politik, semestinya kita menggunakan akal sehat. Ada gejala politik yang sangat riskan dan mengkhawatirkan. Fenomena munculnya politik yang didirikan di atas panggung kepalsuan dan kebohongan, dengan narasi fitnah dan prasangka buruk.

Kita sering menyaksikan dan mendengar tontonan “The Prabowo Show”. Saya ingin mengajak kita semua mengingat kembali adegan demi adegan kebohongan dalam The Prabowo Show ini.

Pada Juli 2018, Prabowo dua kali melontarkan tuduhan tanpa dasar. Dia menyebut selama lima tahun terakhir, 50 persen rakyat Indonesia tambah miskin. Faktanya, data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan jumlah orang miskin pada Maret 2018 adalah 25,95 juta jiwa atau sebesar 9,82 persen.,Jjumlah orang miskin Indonesia saat ini adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Kemudian Prabowo menyoroti BUMN dengan menyatakan bahwa saham Pertamina sebagian sudah dijual secara diam-diam. Bahwa garuda, PLN, dan perusahaan gas negara bangkrut. Bahwa BRI banyak utangnya. Faktanya nilai aset BUMN tiga tahun terakhir naik 2700 triliun rupiah dan tercatat bahwa laba BUMN keseluruhan meningkat terus setiap tahun.

Baca Juga :  Gonjang-Ganjing Haluan Negara. Opini Tia Damayanti

Episode The Prabowo Show berlanjut pada September 2018 yang lalu calon presiden nomor 02 menyatakan Indonesia terancam menjadi negara miskin selamanya. Faktanya, sejak 2003 kita ini sudah masuk negara berpenghasilan menengah. Bahkan diproyeksikan akan menjadi negara berpenghasilan atas pada 2024 nanti, bukan lagi negara miskin.

Oktober 2018 Prabowo tiga kali berbohong ketika mengatakan 99 persen rakyat Indonesia hidupnya pas-pasan, bahkan sengat sulit. Faktanya 52 juta orang, sekitar 22 persen penduduk Indonesia masuk dalam golongan kelas menengah. Klaim Prabowo tersebut bahkan sudah dibantah oleh bank dunia sendiri.

The Prabowo Show berlanjut pada bulan Oktober pula foto Ratna Sarumpaet dengan wajah yang penuh lebam beredar. Usai menjenguk, Prabowo menyatakan yang menimpa Ratna Sarumpaet adalah bentuk intimidasi karena sikap politiknya. Belakangan setelah polisi membeberkan fakta-fakta kasus ini, Ratna Sarumpaet akhirnya mengaku bahwa entah setan mana yang membisikinya sehingga ia berbohong mengaku dipukuli. Faktanya, mukanya lebam karena operasi plastik. Lagi-lagi Prabowo melemperkan tuduhan palsu.

Ketika ia menyebut index ketimpangan Indonesia 0,454, faktanya per-Maret 2018 rasio kita berada di angka 3,89. Desember 2018 Prabowo menyebut Indonesia adalah negara yang lebih miskin dari Rwanda di Afrika dan Haiti di Amerika, faktanya Rwanda dan Haiti jauh di bawah kita. Ketimpangan dan pengangguran di sana juga lebih di atas Indonesia dan satu hal lagi Pak Prabowo itu mengatakan Haiti itu adanya di benua Afrika, padahal Haiti itu berada di benua Amerika. Kita tidak tahu apakah Prabowo sudah memerintahkan tim pemenangannya untuk mencari data yang tepat tentang kemiskinan yang terjadi di Haiti.

Baca Juga :  Logika Agama Kepemimpinan dan Konflik Dalam Sejarah Islam

Desember akhir 2018 calon presiden 02 ini membuat tuduhan lagi. bahwa selang cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo yang seharusnya penggunaannya sekali pakai, ternyata diuganakan ulang hingga 40 kali. Ini merupakan tuduhan kosong karena lagi-lagi tidak bisa dibuktikan.

Kebohongan demi kebohongan juga dilontarkan oleh calon wakil presiden 02 Sandiaga Uno ketika ia menyebut bahwa tempe kini ukurannya setipis kartu ATM. Bahwa uang seratus ribu cuma bisa buat beli bawang dan cabe. Dan harga nasi ayam di Jakarta lebih mahal daripada di Singapura.

Ada dua kemungkinan. Yang pertama mungkin Sandiaga tidak menguasai lapangan atau kemungkinan yang kedua Sandiaga itu berbohong. Sandiaga Uno juga mengatakan pemerintah seharusnya untuk membangun infrastruktur tidak perlu berhutang bahkan Sandiaga mengklaim perusahannya tidak berhutang sama sekali ketika membangun tol Cipali. Faktanya apa? Perusahaan Sandiaga Uno berhutang pada konsorsium bank. Untuk yang ini Sandiaga jelas berbohong.

Saya heran. Bagaimana seorang tokoh pilitik begitu enteng menyeber kebohongan berkali-kali dan sama sekali tidak pernah merasa menyesal. Saya ingin bertanya pada rakyat Indonesia semuanya, apakah kita mau dipimpin oleh tokoh politik seperti itu.

Baca Juga :  Menteri Pertanian Pulang, Bantuan Kementerian di Wajo Dijarah Warga

Pernah dengar tidak teori terkenal tentang propaganda yang menyatakan bahwa kalau ada kebohongan yang disebutkan dan diucapkan terus menerus secara kontinyu lama kelamaan akan diterima sebagai sebuah kebenaran? Mungkin taktik ini yang sedang mereka jalani. Hari ini kita mendengar ada kebohongan baru lagi, pasangan 02 ini akan merubah visi dan misi. Terus terang buat saya hal ini sangat menakjubkan ibaratnya orang beli tiket bus ketika beli tiket katanya bus ini mau ke Bandung, lalu tahu-tahu di tengah jalan sopir dan kondektur mengumumkan “mohon maaf para penumpang, bus ini tidak jadi ke Bandung geser ke Bukittinggi”.

Ada ungkapan yang mengatakan, jika kita membuka pintu dan jendela, yang masuk tidak hanya udara segar, tapi lalat serta nyamukpun juga ikut masuk. Itulah sekarang yang kita rasakan. Udara kebebasan kita dikotori oleh hoax, tanpa malu-malu dan tanpa etika politik sama sekali. Ironisnya, mereka berlindung dibalik kebebasan berpendapat.

Dulu pada zaman orde baru, jangankan memfitnah apalagi menyebutkan berita bohong. Ngomong yang benar saja kita bisa dipenjara, bahkan diculik. Tapi sekarang mereka berupaya akan mengembalikan Indonesia ke era orde baru.

Loading...

Baca Juga