Logika Agama Mencari Khasiat Atau Mentadabburi Al-Quran. Oleh : Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria.
Mohon maaf kalau saya mengatakan, kita sekarang ini terkadang menjadikan Al-Quran sebagai bacaan yang lewat tanpa makna dan seringkali dihubungkan dengan situasi tertentu. Sehingga Al-Quran yang 30 juz yang berisi 114 surah itu seringkali yang populer hanya beberapa surah. Surah Yasin, Al-Waqiah, Ar-Rahman, Yusuf, Maryam.
Biasa kita mendengarkan perintah orang tua kepada anak perempuannya yang hamil, agar membaca surah Maryam. Agar anaknya nanti kalau tumbuh besar lebih cantik dari pada ibunya. Atau agar buah hatinya nanti sholeh dan sholeh tidak separah kenakalan ayahnya atau orang tuanya. Orang sudah tidak lagi berusaha semaksimal mungkin memahami makna Al-Quran tetapi lebih kepada khasiat Al-Quran.
Kandungan Al-Quran secara garis besar itu terdiri dari tiga tema sentral. Yang pertama, Al-Quran itu berbicara tentang ‘aqaid, tentang keyakinan, tentang ediologi, tentang keimanan. Keimanan yang salah diluruskan, keimanan yang menyimpang diluruskan. Yang kedua Al-Quran itu berbicara tentang Al-Ahkam, hukum-hukum, aturan-aturan. Bagaimana aturan kita dalam bertetangga, bagaimana aturan kita berkeluarga, bagaimana aturan kita dalam bernegara. Dan yang ketiga Al-Quran itu berbicara tentang Al-Qasash yaitu kisah-kisah.
Kisah yang dijelaskan didalam al-Quran itu bukan untuk dihafal, seperti anak-anak kita menghafal sejarah perjuangan Pangeran Diponogoro, lahir dimana? Berjuang bagaimana? Tetapi yang dimaksud dengan Al-Qasash (kisah-kisah) di dalam Al-Quran bagaimana kita bisa mengambil ‘itibar atau pelajaran hidup dari cerita-cerita yang ada. Misalnya, Al-Quran menceritakan kisah Firaun. Kita harus mengambil pelajaran. Sehebat-hebatnya raja sekaliber Firaun ketika ia serakah, ketika ia dhalim maka ia akan runtuh dengan terhina.
Di dunia ini selalu penguasa yang rakus, penguasa yang zhalim itu selalu jatuhnya secara terhina. Mari kita melihat pemahaman ummat Islam terhadap Al-Quran kita bisa bagi kedalam tiga kelompok. Kelompok yang pertama berada pada level qiraah. Qiraah itu membaca tetapi sebatas bacaan, itupun banyak yang salah bacaannya. Terkadang dia mau membaca Alif Lam Min tetapi ia malah membacanya Alamma, hehehe mohon maaf ini sebatas guyonan.
Bagi teman-teman yang bacaan Al-Qurannya masih terbata-bata. Kata Rasulullah SAW, “orang yang membaca Al-Quran dengan terbata-bata, banyak yang salah, tetapi orang itu terus saja belajar, maka baginya dua pahala”. Bagaimana dia bisa mendapatkan dua pahala? Ulama hadist menjelaskan bahwa yang pertama pahala dia mau belajar yang kedua pahala mental. Dengan mental yang kuat dia percaya diri untuk berusaha agar bisa pandai membaca Al-Quran. Tanpa rasa malu, yang penting cita-citanya tercapai.
Kelompok yang kedua adalah level tilawah. Kalau tilawah itu bermakna membaca Al-Quran sudah benar bacaannya. Makanya di Indonnesia, yang pintar-pintar, yang sudah bagus-bagus bacaannya diikutkan lomba mosabaqah tilawatil quran.
Dan kelompok yang ketiga adalah level tadabbur inilah yang ideal dan yang kita harapkan bersama. Allah SWT, berfirman, “mengapa mereka tidak mentadabburi Al-Quran”. Jadi tadabbur itu membaca sambil berusaha memahami maknanya. Misalnya kita baca satu ayat atau dua ayat di baca terjemahannya, serta dibaca tafsirnya.
Jadi orang yang tadabbur itu bukan seberapa sering dia menamatkan Al-Quran, tetapi seberapa banyak ia memaknai isi Al-quran. Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai membaca serta mampu mentadabburi Al-quran dan mengamalkan isi kandungannya. Agar kita dapat mengetahui bahwa al-Quran adalah merupakan sumber pencerahan.