oleh

Jokowi Dihina, Jokowi Dimaki, Jokowi yang Terpilih

Jokowi Dihina, Jokowi Dimaki, Jokowi yang Terpilih. Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Nasional.

Jokowi adalah Presiden Republik Indonesia ke 7. Beliau berkuasa penuh terhadap pemerintahan dan aparaturnya. Bila saja beliau menunjuk sesuatu yang diinginkannya sangat mudah untuk mendapatkannya.

Saya pernah hidup di 5 presiden sebelum pak Jokowi. Suasananya tidak seperti sekarang. Pak Harto, Pak Habibi, Gus Dur, Ibu Megawati dan Pak SBY. Semuanya berjalan normal normal saja. Semuanya berpolitik dengan kata kata santun. Meskipun mengkritik masih dalam norma norma wajar di zaman demokrasi.

Tapi aneh, di zaman Pak Jokowi. Sang Presiden sebagai Simbol negara dan kepala pemerintahan mengalami penistaan yang luar biasa. Sudah tidak terbilang penghinaan kepada beliau. Sudah tidak terhitung caci maki kepada beliau.Pak Jokowi dihina dengan segala macam ejekan. Sudah tidak terhitung lagi fitnah dan hoaks yang menghantam beliau.

Ini aneh bin ajaib. Tapi inilah fakta. Saya masih ingat ketika menjadi Mahasiswa Pergerakan di era Soeharto. Siapapun yang merongrong wibawa Pemerintah wa bil khusus Wibawa Presiden bisa dipastikan akan mengalami nasib yang tidak mengenakan. Seperti contoh, Pak Amin Rais sebagai Tokoh ICMI yang menggulirkan isyu suksesi mengalami nasib diberhentikan sebagai ketua dewan Pakar ICMI. Padahal Ketum ICMI adalah pak Habibi anak emas Pak Harto.

Baca Juga :  KaBIN dari Sipil. Siapa yang Pas Menduduki Posisi Itu?

Belum lagi kasus kasus lain yang bersentuhan dengan penguasa pasti akan mendapat penindakan yang serius dari aparatur pemerintah. Kita semua mafhum Presiden adalah simbol dan kewibawaan Negara dan Pemerintah. Di zaman demokrasi terbuka seperti sekarang ini bisa dimaklumi bila ada ruang bagi publik untuk melakukan kritik dengan aman nyaman dewasa dan tentu saja dengan penuh tanggungjawab.

Namun yang terjadi di zaman Pak Jokowi sebagai Presiden dan kepala pemerintahan saya melihat dan merasakan demokrasi telah berubah menjadi democrazy. Kritik kepada Pak Jokowi tidak lagi sebatas kritik terhadap kebijakan Politiknya. Tapi sudah pada menyentuh ke ruang pribadi Pak Jokowi.

Contoh kasus yang paling teranyar yang terjadi dijalan raya parung. Seorang pria dengan tampang lugu dengan bebasnya menghina pak Jokowi. Tanpa merasa risi atau malu. Saya yang melihat dari kiriman WA merasa muak dengan tingkah seperti itu. Pak Jokowi dihina seenaknya.

Bagaimana bisa sosok yang bersahaja, merakyat, dan bekerja dengan sungguh sungguh untuk memajukan Bangsa dengan tidak memperkaya diri selama berkuasa sejak menjadi Walikota, Gubernur dan Presiden dihina sedemian rupa, dilecehkan harga diri dan keluarganya, difitnah tanpa henti?

Baca Juga :  Logika Agama Memahami Hakikat Sabar, Sebuah Opini Subairi

Demokrasi seharusnya mendewasakan kita. Demokrasi seharusnya bisa saling menghormati. Sistem demokrasi menuntut kita semua saling menghargai dalam perbedaan. Bukan dijadikan celah untuk menghantam pribadi pribadi yang bersebrangan secara pemikiran dan pilihan politiknya.

Siapapun boleh tidak puas dengan kebijakan Pak Jokowi. Siapapun bisa melihat kekurangan Pak Jokowi dalam memimpin Pemerintahan. Tapi bila mengungkapkan kritiknya dengan cara cara yang kasar dan menebar hoaks saya kira akan berbeda cita rasanya.

Demokrasi bukan sekedar sistem politik yang memberikan kebebasan kepada pribadi pribadi dalam menentukan sikapnya secara bebas. Tapi saya kira juga memberikan tata nilai dan etika dalam berdemokrasi. Artinya sebebas apapun kita berekspresi, etika dan nilai hablum minnas harus tetap dikedepankan.

Baca Juga :  Hologram Jokowi Hadir di Smart Citizen Day 2019 Untuk Kaum Milenial

Saya percaya, menghina, memaki dan hoaks bukan termasuk demokrasi. Karena hal tersebut tidak saja merusak kualitas berdemokrasi tapi lebih dari itu bisa menghancurkan nilai nilai kemanusiaan.

Sebagai orang yang beragama dan memegang teguh nilai nilai ketimuran tentunya kita harus bisa menjaga dengan teguh nilai nilai ketimuran yang menjadi adat istiadat kita dalam berdemokrasi. Alangkah indahnya bila demokrasi yang berasal dari barat bersenyawa dengan nilai nilai timur menjadi satu membangun budaya kritik yang beradab. Tentu saja demokrasi kita khas Kita. Demokrasi kita sesuai dengan tuntunan sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Tidak seperti sekarang ini, demokrasi menjadi saluran untuk membenci, mencaci, menghina, menyebar hoaks kepada Kepada sosok yang sudah bekerja keras dengan karya nyata yang jelas.

Ya seperti itu faktanya. Pak Jokowi dihina, Pak Jokowi dimaki dan Pak Jokowi yang terpilih lagi. Demokrasi memang aneh.

Loading...

Baca Juga