oleh

Pilpres Sudah Selesai, Rakyat Harus Move On, Opini Tubagus Soleh

Pilpres Sudah Selesai, Rakyat Harus Move On. Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Pusat.

Pasca keputusan MK, semua perselisihan pilpres sudah tuntas. Pasangan calon Haji Joko Widodo dan KH Makruf Amin sudah ditetapkan sebagai pemenang Pilpres dan berhak atas Jabatan sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2019 sd 2024.

Keputusan MK tersebut juga mengakhiri semua hiruk pikuk perhelatan demokrasi yang sangat menegangkan sepanjang sejarah berdemokrasi di Indonesia. Meskipun saya yakin masih ada kelompok yang tidak puas terhadap keputusan MK. Tapi inilah mekanisme berdemokrasi yang sudah menjadi ketetapan bersama semua pemangku kepentingan demokrasi yang diketok palu oleh DPR.

Suka tidak suka, puas tidak puas ya harus diterima dengan lapang dada. Demokrasi memang selalu memantulkan wajah yang mengejutkan. Saya yang melibatkan diri sebagai relawan di salah satu Paslon benar-benar merasakan bagaimana pertarungan ide, gagasan, kreatifitas, keberanian bahkan juga harus ‘terpaksa’ melakukan serangan balik terhadap hoak-hoak yang brutal menyerang paslon yang saya dukung.

Namun semua itu saya tempatkan di kepala saja. Tidak sampai ke hati. Karena saya memegang teguh nasehat kawan saya. Bahwa berpolitik itu cukup sampai di kepala saja. Serta bermain politik itu tergantung kartu yang kita pegang. Berpolitik itu bisa mati berkali-kali tapi juga bisa hidup berkali-kali.

Baca Juga :  Manuver Murahan, Sebuah Opini Rizal Fadillah

Makanya selama proses demokrasi pilpres dan pileg serentak kemarin, saya sangat menikmati ritmenya. Sambil sekali kali nyengir-nyengir lucu melihat tingkah pola para pendukung militan kedua kubu. Bagi saya semua itu merupakan pembelajaran berdemokrasi yang sangat luar biasa.

Ada satu pelajaran yang saya ambil dari Pilpres dan pileg serentak kemarin bahwa berdemokrasi menuntut kita harus dewasa menerima segala perbedaan aspirasi dan sikap. Perbedaan adalah sunnatullah. Tapi memaksakan kehendak sendiri kepada orang lain karena merasa benar sendiri sangat tidak elok dalam iklim demokrasi yang sehat.

Saya akan merespon dengan senang hati meskipun dengan diskusi yang super keras untuk mempertahankan sosok yang saya dukung. Selama dilakukan dengan santun sekeras apapun sikap lawan dengan berbagai macam argumen saya tetap akan layani. Wal hasil alhamdulillah selama mengikuti proses berdemokrasi saya tidak menemukan gagasan dari lawan politik yang menjungkalkan basis argumen kami dkk.

Baca Juga :  Tatanan Berfikir Materialisme, Hulunya Eksploitasi Manusia

Berdemokrasi selama dilakukan dengan akal sehat sangat menyenangkan, sangat indah dan sangat mendewasakan. Hanya orang kerdil saja dan percaya bahwa kebohongan bisa memenangi pertarungan demokrasi. Zaman yang sudah sangat terbuka dan transparan membuat siapapun tidak bisa mengelak dari pandangan dan penglihatan siapapun.

Nyinyir lawan nyinyir, ngeyel vs ngeyel, serta ledek vs ledek hanyalah sebuah parodi demokrasi. Tidak perlu serius serius banget menanggapinya. Karena demokrasi bukanlah ideologi. Demokrasi hanyalah saluran untuk memperjuangkan ide dan agenda untuk kemajuan bangsa dan negara berdasarkan keputusan politik tertinggi rakyat.

Siapapun yang sudah diputuskan oleh rakyat, dia berhak atas mandat rakyat sebagai pemimpin rakyat. Dengan durasi kepemimpinan yang sudah disepakati.

Sikap nrimo terhadap keputusan rakyat menjadi penting. Karena dari titik itulah berdemokrasi kita menjadi dewasa. Percayalah kebohongan tidak bisa mengalahkan kebenaran. Kecurangan tidak bisa mengalahkan kejujuran. Karena sesungguhnya Yang Haq pasti tegak, Yang Bathil pasti runtuh.

Kita sebagai rakyat pemegang mandat tertinggi dalam demokrasi, haruslah tetap bersikap kritis meskipun kita berada dipihak manapun. Dukungan yang kita berikan adalah dukungan politik. Yang berarti bahwa kebijakan politik yang dihasilkan dari dukungan rakyat haruslah pro rakyat dan mengutamakan kepentingan nasional. Dan ini harus kita kawal hingga tuntas durasi waktu kepemimpinannya.

Karena sesungguhnya pasca memenangi kontestasi politik, tugas yang berat relawan atau rakyat adalah mengawal setiap kebijakan dan program agar sesuai dengan apa yang sudah disuguhi kepada rakyat dalam masa kampanye. Sebagai relawan pendukung kandidat yang memenangi kontestasi mestinya harus ada program berlanjut untuk terus mengawal kebijakan pemerintah agar tetap berjalan sesuai rel pro rakyat dan kepentingan nasional secara utuh.

Baca Juga :  Komersialisasi Tes Corona, Rakyat Kian Sengsara. Opini Sartika Saragih

Amat disayangkan apabila semangat relawan terhenti setelah KPU menetapkankan kandidat pemenangnya. Karena itu merupakan sikap yang tidak bertanggungjawab terhadap apa yang sudah diperjuangkan secara mati matian. Yang paling penting dan subtansial tugas semua relawan dari dua kubu yang bertanding di arena demokrasi adalah harus mengajak rakyat move on kembali karena pilpres sudah selesai. Dan ini tugas kita semua sebagai bangsa.

Loading...

Baca Juga