oleh

Ulama Ketinggalan Zaman. Opini Ustad Subairi

Ulama Ketinggalan Zaman. Oleh: Ustad Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari Gorontalo.

Ketertinggalan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, didalam Islam itu tertinggal jauh padahal Ilmu Pengetahuan Alam itu sudah ada. Saya ingin mengambil suatu contoh didalam Al-Qur’an. “Dan dia menciptakan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu”. Orang baru mengetahui bahwa gunung itu pasak bumi setelah abad modern, tetapi diinformasikan oleh wahyu pada saat pengetahuan ini belum ada. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu lebih hebat dari pada sains dan teknologi. Dan Al-Qur’an itu jelas bukan perkataan Nabi Muhammad SAW, tetapi itu adalah firman Allah SWT. Untuk apa? Supaya maju manusianya.

Masih terkait tentang gunung di dalam Al-Qur’an. Disebutkan juga bahwa “dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka tetap ditempatnya padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan”. Ayat ini menjalaskan tentang ilmu bumi. Sesungguhnya bumi ini berputar. Padahal Galileo Galilei, dibunuh gara-gara berpendapat seperti itu. Bahwa bumi lah yang mengelilingi matahari bukan matahari yang mengelilingi bumi.

Baca Juga :  Logika Agama Ramadhan Adalah Bulan Memahami Hakikat Dunia
Padahal informasi wahyu sudah ada jauh sebelum muncul teori Galileo Galilei. Munculnya teori Galileo Galilei, itu pada abad 18 sedangkan teori Al-Qur’an itu pada abad ke 6. Lagi-lagi Al-Qur’an itu menunjukkan keluarbiasaannya.

Bahkan sebelum kita mengenal ilmu Kompas dan Navigasi, Allah SWT, telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an. “Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagi kamu agar kamu mendapatkan petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut”.

Lalu pertanyaannya, siapa yang mau mempelajari ini semua? Tentunya kita sebagai umat Islam harus mempunyai kesadaran untuk lebih tekun belajar tanpa mendikotomikan (memisahkan) antara ilmu Agama dan ilmu umum.

Sebelum ilmu pengetahuan modern mengenal istilah ilmu morfologi bunga yang mengkaji putik dan benang sari. Wahyu sudah menginformasikan bahwa “dan kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan”. Darimana cara mengawinkannya itu? Karena ada tumbuhan yang dikawinkan lewat perantaraan angina. Ada juga dikawinkan lewat perantaraan serangga, yang kemudian perlu dikawinkan oleh manusia. Anggrek misalnya, walaupun serangga bisa melakukan itu tadi.

Baca Juga :  Daurah Ramadhan Muslimah Sambut Bulan Suci Dengan Bersihkan Diri
Kenapa saya utarakan ini semua? Karena saya ingin membenahi cara berislam atau beragama kita. Agar tidak seperti saudara-saudara kita yang ketinggalan zaman. Dalam ilmu hayati apa lagi, orang lain sudah sampai biotik, senjata biologi, industri, fermentasi bagaimana cara membuat tapai, tempe, anggur. Pertanyaannya, pernahkah tempe kita dipatenkan! Siapa yang patenkan tempe? Bukan Indonesia tetapi Jepang. Padahal bangsa kita bangsa tempe.

Pernahkah kita melihat Komodo? Apa yang menari pada Komodo? Yang menarik kan air liurnya. Bagaimana air liurnya Komodo? Bukan main, bisa dijadikan sebagai senjata biologis. Karena kalau Komodo itu menyerang mangsanya dia tidak menerkam tetapi, menginfeksi sedikit saja lalu dibiarkan. Kenapa dibiarkan? Karena disitu ada kuman dan kuman itulah yang menyerang saraf sehingga mangsa tersebut mati atau meninggal dunia.

Baca Juga :  Polri Gelar Pelatihan 2.284 Orang untuk Jadi Tracer Covid-19

Dimana itu Komodo? Di pulau Komodo dan pulau Komodo itu di Indonesia. Tetapi kenapa yang melakukan research (penelitian) tentang itu adalah orang Rusia. Sehingga dia mendapatkan bioteknologi dari bakteri air liurnya Komodo.

Amerika tahu bahwa Rusia mengembangkan senjata biologis menggunakan pelumpuh saraf yang diambil dari Komodo dan mereka tidak mau kalah. Lalu datanglah ke pulau Komodo, mencari orang yang pernah digigit Komodo namun tidak lumpuh dan mati untuk diambil darahnya. Itulah yang disebut dengan serum, penangkal senjata bilogisnya orang Rusia.

Loading...

Baca Juga