oleh

Jangan Bergaya Malaikat Tapi Tidak Punya Mimpi. Opini Subairi

Jangan Bergaya Malaikat Tapi Tidak Punya Mimpi. Oleh: Ustad Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Modern Darul Madinah Wonosari Gorontalo.

Manusia mempunyai keistimewaan yang luar biasa dan unik. Dalam lingkup fisiknya saja manusia sudah sangat istimewa. Bisa kita bayangkan makhluk-makhluk besar yang mendiami bumi seperti gajah, jerapah, badak, kuda nil ketika melahirkan, tidak butuh gajah dan jerapah yang lain. Begitu juga seperti tikus, kera, kambing kalau melahirkan tidak butuh bantuan binatang-binatang lain

Tetapi manusia, justru ketika lahir membutuhkan bantuan manusia lain. Kelemahan manusia itu mempunyai suatu hikmah yang luar biasa. Bahwa “manusia harus mengembangkan kerjasama dan silaturrahim sesamanya”. Dan karena kelemahan dalam tanda petik itulah manusia menjadi makhluk yang paling sukses mengurus dunia ini.

Keistimewaan fisik itu tidak ada apa-apanya dibanding keistimewaan nonfisiknya. Ketika Allah hendak menugaskan manusia ke bumi, malaikat komplain kepada Allah SWT. “Ya Allah, mengapa Engkau ingin mengutus makhluk yang hanya dapat membuat kerusakan dan pertumpahan darah?!”. Tetapi Allah sebagai pemegang otoritas lebih mengetahui dan tidak goyah diterpa angin.

Baca Juga :  Tak Punya Hati, Tes Corona Menelan Korban Akibat Komersialisasi
Para malaikat jika dilihat cacatnya, maka tidak ada yang cacat. Mungkin jika menurut ukuran manusia sehari-hari, yang paling cocok untuk jadi pemimpin ialah malaikat, karena kriteria kita dalam memilih pemimpin ialah yang tidak memiliki cacat. Alasan Allah SWT menjadikan Adam AS sebagai khalifah di muka bumi karena Adam telah diberi pengetahuan yang tidak ada batasnya kecuali urusan yang ghaib, sedangkan malaikat sangat terbatas. Dari itu saja malaikat sudah langsung kalah tender. Adamlah yang memenangkan tender untuk mengurus dunia.

Sesungguhnya ada rahasia yang tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Al-Quran. Bahwa kepada Nabi Adam itu ditiupkan ruh  oleh Allah bukan diciptakan, diberikan citra diri Allah kepada manusia. Wajar kan, kalau kita ingin mengutus orang kepada perusahaan kita yang ada di luar kota, yang paling memiliki gaya kitalah yang akan kita utus. Begitu juga ketika Allah mau mengurus sebongkah tanah yang sangat istimewa di alam jagat raya ini yang bernama bumi. Maka yang paling mewarisi sifat-sifat-Nyalah yang paling layak mendapatkan mandat Tuhan.

Baca Juga :  Logika Agama Khilafiyah Itu Tidak Merusak Ukhuwah Islamiyah

Apa gerangan esensi dasar dari peniupan ruh ini? Yang pertama, sikap merdeka yang itu langsung ditunjukkan oleh Adam. Di dalam surga sendiri yang Allah mungkin dengan tersenyum ketika melarang Adam mendekati pohon karena sebatang pohon itu sesungguhnya adalah pintu menuju takdirnya untuk lahir ke dunia. Nabi Adam tidak tahan menahan godaan untuk membuka pintu dari sebatang pohon itu.

Sama halnya seperti kita juga kalau dikurung didalam sebuah ruangan, lalu ada tulisan “jangan dibuka”. Dengan segala resiko yang paling ekstrem sekalipun pasti kita buka. Kenapa? Karena didalam diri kita mengalir sel-sel dengan DNA Adam. DNA kemerdekaan yang dieksplor oleh Nabi Adam, sampai kepada kita sekarang.

Baca Juga :  Polarisasi Menurunkan Intensitas Kontroversi Bid'ah

Lebih dari itu, manusia berani bermimpi, sedangkang malaikat tidak punya mimpi. Malaikat statis saja oleh karena itu, cukup mengurus langit, tetapi tidak cukup mengurus bumi. Itulah keistimewaan manusia walaupun bisa berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Allah SWT, memilih manusia agar dunia ini bisa hidup.

Kita harus menjadi manusia yang unggul dalam arti mempunyai karakteristik yang jujur, punya agenda dan disiplin. Sebab menurut penelitian dalam memilih kandidat, pertimbangan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) menempati rangking 30, reputasi perguruan tinggi rangking 23, sementara IQ (intelligence Quitient) nomor 21. Adupun yang menempati urutan pertama adalah kejujuran, yang kedua keberanian kerja dan yang ketiga kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Yang keempat gelar akademik.

Loading...

Baca Juga