Fokus Saja Pada Amaliyah Mursyid. Oleh: Tubagus Arya Soleh, Babad Banten.
Kalau Anggota DPR mengkritik Presiden dapat gaji, dibayar dan dapat imun politik yang tidak bisa tersentuh hukum. Kalau Buzzer mengkritik kondisi sosial dapat bayaran di YouTube atau dari pihak yang membayar. Kalau partai politik mengkritisi pemerintah ada konvensasi dapat posisi mentereng di partai. Lah kalau kita mengkritik dapat apa?
Jawabnya: kita tidak dapat apa-apa. Sejak merenungi Tanbih, saya pribadi sudah ‘malas’ menulis yang mengkritisi Pemerintah atau apalah namanya. Saya lebih suka melihat ke dalam, memperbaiki Amaliyah yang masih compang camping. Saya merasa banyak waktu yang banyak sekali terbuang percuma tanpa Amaliyah yang berguna.
Lockdown yang didengungkan oleh berbagai pihak menjadi momentum bagi saya untuk lebih melihat ke dalam diri, muhasabah diri, dan tentu saja memperbaiki Amaliyah Mursyid yang sudah tertulis dengan terang benderang.
Sebenarnya tidak ada yang luar biasa dari perenungan ini. Saya merasa, banyak komentar dan kritik yang sia-sia. Keinginan yang dulu begitu menggebu-gebu untuk memperbaiki dunia nyaris tidak ada gunanya jika pribadi kita sendiri tidak berubah.
Saya pernah menekuni dunia training waktu aktif di organisasi Pelajar, Mahasiswa dan Pemuda. Sudah banyak yang ikut training yang saya selenggarakan. Hasilnya pun sangat memuaskan. Bahkan kini banyak alumni Training yang menceritakan masa-masa training yang begitu berkesan.
Tapi itu tidak membuat saya bangga. Karena impian terbesar saya waktu itu adalah semangat banget ingin merubah dunia. Hehehe
Bukan sekedar menjadi ASN, karyawan atau bisnisman. Tapi menjadi pemimpin inspiratif ideologis yang melayani. Menurut saya waktu itu, hanya tipologi Pemimpin yang seperti itu yang bisa memberikan arahan yang kuat kepada rakyat. Bagaimana rakyat mesti bersikap dan bertindak. Ego dan etos menjadi satu. Sangat sulit membedakan dalam jiwa saya. Seperti senyawa yang telah menyatu.
Tapi itu dulu….hehehe
Sekarang saya berpandangan lain lagi. Perubahan dunia yang bisa di lakukan hanya melalui perbaikan diri pribadi. So, untuk melakukan itu harus ada prototipe yang menjadi panutan yang bisa dicontoh dan ditiru secara manusiawi kita. Bukan sosok yang melangit. Yang susah ditiru dan di gugu.
Kalau boleh kasih saran berdasarkan pengalaman pribadi saya, sosok itu adalah Mursyid Guru Mulia yang sanad ilmunya tersambung kepada Rosululloh Saw. Itu yang paling aman dan berkah buat hidup kita.
So, carilah dan temukan Sosok Mursyid seperti itu. Saya sendiri sekarang mengambil talqin dzikir di Thoriqoh TQN PPS Sirnarasa. Dan belajar mengamalkan sedikit demi sedikit Amaliyah Mursyid semampu saya. Karena saya bukan siapa-siapa, tidak mau apa-apa. Hanya mau diaku sebagai Murid Pengeras Abah. Gitu aja.
Mengamalkan, mengamankan serta melestarikan Amaliyah Mursyid sekarang menjadi fokus saya sehari-hari. Semoga Istiqomah. Amin.