oleh

Menjadi Istri Dan Ibu Tangguh. Opini Watik Handayani

Menjadi Istri Dan Ibu Tangguh. Oleh: Watik Handayani, Muslimah Berideologi.

Reportase acara ” Ngobrol” Ngaji bareng online by whatsapp. Dengan tema ” Ibu Tangguh Dimasa Pandemi ” Yang diadakan pada Ahad 28 Juni 2020. Dipandu oleh Ummu Hafidz (Muslimah Depok) yang di hadiri oleh 70 peserta yang sangat antusias dari berbagai daerah.

Banyak orang tua yang merasa kesulitan merajuk anak ABG. Apalagi dengan kondisi, sejak kecil tidak bersama orang tua. Membuat bagaimana nasehat kita sebagai orang tua mudah diterima, oleh anak jikà anak merasa dicintai. Tidak berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Sudahkah anak merasa dicintai?. Apalagi tinggal berjauhan. Karena anak yang merasa dicintai akan membalas cinta orang tua untuk melakukannya dengan senang hati. Berusàha menyenangkan tidak membuat sedih.

Inilah hikmah yang di sampaikan oleh Rosulullah.
Hikmah Rasulullah SAW. Memerintahkan mencintai saudaranya dan Hikmah rasulullah SAW memerintahkan kepada sesama ruhama”u bainahum (lemah lembut) .

Jika belum mengguyur cinta. Wajar saja jika anak sulit dinasehati. Kalau sudah cinta tak perlu banyak nasehat. Maka yang harus dilakukan orang tua berupaya untuk mengguyur anak-anaknya dengan cinta, beberapa tipsnya sebagai berikut.

Pertama, Menghujani mereka dengan kata-kata yang baik, pujian. Motivasi, kurangi omelan dan membanding-bandingkan baik dengan kakak-adiknya maupun anak lain (temannya).
Kedua, Nyatakan rasa sayang kepada anak dan keluarga secara ekspresif baik verbal maupun pelukan
Ketiga, Cari kelebihan-kelebihan anak, tutup mata dengan kekurangannya, selama tidak melanggar syariat.

Hal ini memang tidak lazim dilakukan banyak keluarga dengan nilai-nilai yang tradisionalis. Tapi sebetulnya rasulullah SAW mengajarkan kita bagaimana beliau memperlakukan keluarganya dengan baik, baik perkataan maupun perbuatannya.

Kondisi ekonomi dunia yang kurang baik, memang menimpa banyak keluarga. Bahkan untuk bertahan memenuhi kebutuhan pokok saja harus bermanuver. Sehingga mengambil keputusan yang cukup berat. membiarkan ibu untuk beker dan meninggalkan tugas utama sebagai ummu warabbatul bait (ibu pendidik dan pengatur rumah tangga). Hal ini sebetulnya sudah terjadi jauh sebelum Pandemi Covid19 melanda.

Baca Juga :  Titik Balik Pilpres 2019 dan Satu pelajaran! Sebuah Opini Denny JA

Ummu hafidz mengungkapkan, bahwa beliau berstatus ibu bekerja yang terpaksa menitipkan dua anak pada orang yang saya dapat percaya, yaitu neneknya (mertua saya). Kita ini korban sistem kapitalis. Sistem yang menjadikan kita, para wanita sebagai penggerak ekonomi negara yang kemudian harus mengorbankan hal yang utama, yaitu tugas mulia kita sebagai ibu dan manager rumah kita. Tips nya adalah sebagai berikut.

Pertama, Niatkan ikhtiar kita bekerja sebagai bagian upaya dari membantu suami dalam memenuhi nafkah keluarga.
Kedua, Pastikan kita bekerja di tempat dan bidang yang selaras dengan syariat Islam, dan tidak ada pelanggaran hokum syara di sana (tetap menutup aurat sempurna, menjaga ikhtilat (campur baur dengan lawan jenis dll).
Ketiga, bersabar dan terus bersyukur (karena masih ada jalan untuk bekerja) sambil terus berdoa meminta kepada Allah agar diberikan solusi terbaik.
Ke empat, Memastikan kepada mitra kita mengasuh anak, visi dan misi yang sama dalam mendidik anak-anak selama kita tidak di rumah.

Contohnya : penguatan aqidah dengan menjauhkan hal-hal yang bisa mengganggu (misalkan tontonan yang merusak aqidah), pembiasaan ibadah mahdhah (ritual) seperti shalat, puasa, mengaji dll, penanaman nilai-nilai Islam dan keterampilan hidup (mencuci piring sendiri, membersihkan tempat tidur dll.
Dan sebisa mungkin tetap membangun komunikasi rutin menanyakan kabar, menanyakan kegiatan harian, menyatakan sayang dan berpesan hal-hal yang baik pada anak-anak kita.

Walaupun perlu diingat, bahwa Ibu sejatinya adalah pendidik pertama dan Utama. Sehingga kondisi Belajar dari Rumah hakikatnya adalah mengembalikan anak-anak ke pangkuan ibu seutuhnya. Hanya saja, kebanyakan dari kita sudah terbiasa menyerahkan sebagian besar proses Pendidikan ke sekolah. Dan tidak siap untuk berfungsi sebagai guru karena tidak memiliki ilmu mengajar.

Baca Juga :  New Normal, Masyarakat Jadi Korban, Benarkah? Opini Epiyanti Rahayu

Maka yang harus dipersiapkan adalah mental ibu bahagia, pembelajar yang sabar dan tahan banting dalam menghadapi berbagai situasi. Jika memungkinan, bisa meminta bantuan agar suami dapat menyediakan khadimat (asisten). Jadwal belajar dari rumah biasanya sudah ditentukan pihak sekolah. Maka yang harus dilakukan ibu adalah memastikan, saat si kakak sedang BDR, dua adik yang lain, diberi kegiatan.
Kita juga dapat melatih anak balita untuk dapat bermain sendiri di dalam rumah. Dengan tips berikut :

Pertama, Mulai bertahap untuk meninggalkan si kecil bermain sendiri selama beberapa saat untuk mencuci piring. Katakan padanya kita tidak pergi terlalu jauh dan akan kembali secepat mungkin. Dan kedua, Libatkan dalam kegiatan memasak, maka ajak anak untuk turut serta. Menjadi kesempatan kita untuk mengajarkan ilmu pengetahuan.

Contoh: saat kita sedang menyiangi ikan, kita dapat menunjukkan bagian tubuh ikan, mata, mulut, sisik dll
Bisa juga saat kita sedang membersihkan sayur, potong bagian yang tidak terpakai dan berikan padanya untuk dipotong dsb. Atau jika sang kakak sedang menggambar, sediakan juga kertas untuk si balita agar turut menggambar.

Menjadi ibu tangguh sebenarnya adalah tujuan kita, baik di masa pandemi maupun normal, berikut adalah tips praktis:

Pertama, Fisik seorang ibu harus kuat, jika sakit sakitan akan sulit untuk bisa menjadi ibu yang tangguh, mengingat kegiatan seorang ibu itu hampir 24 jam tidak pernah berhenti. Kedua, Harus punya ilmu pengetahuan bagaimana mendidik anak.

Dan Maka seorang ibu wajib banyak belajar menjadi seorang ibu yang bisa mendidik anaknya dengan tepat dan benar. Tentu saja ukuran benar dan salah ini adalah sesuatu yang sesuai syari’at islam. Mulai anak dalam kandungan hingga memasuki usia baligh dan seterusnya bahkan hingga mereka telah berumah tangga. Maka seorang ibu tangguh harus memiliki kepribadian islam yang istimewa.Hapus gambar unggulan

Baca Juga :  Aksi 212 Yang Terbelah: Diawali di Ciamis, Diakhiri di Ciamis

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,
“Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.”(Tuhfah al Maudud hal. 123).

Menjadi ibu yang bervisi surga. Artinya dorongan kehidupannya adalah surga bukan yang lainnya. Motivasi hidupnya Adalah surga. Sehingga dalam kegiatan mendidik anak, Menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu, menjadi seorang menantu, motivasinya adalah surga. Memahami kewajibannya untuk mengaplikasikan ilmunya demi mencerdaskan umat. Mengajak umat untuk kembali kepada islam kaffah. Keluarga dan anaknya dapat menjadi orang yang bisa berislam secara kaffah.

Sebenarnya menjadi Ibu Tangguh itu akan sangat mudah dicapai kalau memang Negara hadir dan berperan membuat mekanisme pengaturan yang mendorong para ibu Tangguh bisa diwujudkan. Misalnya sang Ibu sudah belajar tentang bagaimana mendidik anak dengan baik di rumah, tetapi ternyata tidak didukung oleh lingkungan seperti temannya, gadgetnya, menyebabkan lunturnya warna yang sudah ditorehkan ibu pada anaknya. Jika saja ada pengaturan dari pihak berwenang tentang konten apa saja yang bisa diakses anak-anak, internet maka akan sangat membantu orang tua dalam menjadikan anak-anaknya salih dan salihah. Faktor kebijakan Negara itu sangat diperlukan. Jadi selain ibu yang mumpuni harus diiringi dengan kebijakan negara yang mendukung tercapainya peran ibu sebagai istri dan ibu tangguh.

Loading...

Baca Juga