SUARAKEADILAN.ID- Sebuah peristiwa yang penuh makna dan keharuan berlangsung di Sekolah Perguruan Buddhi, di mana 300 calon samanera mengikuti prosesi pencukuran rambut sebagai bagian dari rangkaian acara Pabbajja Samanera Sementara yang diselenggarakan oleh Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) bersama Sekolah Perguruan Buddhi. Kegiatan ini menjadi tonggak sejarah, karena merupakan program terbesar yang pertama kali diadakan di Kota Tangerang.
Prosesi Sarat Makna dan Pengorbanan
Pada Rabu pagi, suasana khidmat dan haru terlihat jelas di wajah para peserta serta keluarga yang hadir. Prosesi pencukuran rambut dimulai dengan keluarga atau orang tua melakukan potongan awal menggunakan gunting yang diletakkan di atas daun teratai. Kemudian, pencukuran dilanjutkan oleh para Bhikkhu dengan mencukur habis rambut kepala, alis, hingga kumis peserta.
“Ini adalah simbol pengorbanan dan kesungguhan hati seseorang untuk meninggalkan keduniawian. Rambut adalah mahkota, dan ini bukan hal mudah bagi kita, terutama bagi seorang laki-laki. Namun, tindakan ini adalah bentuk latihan diri untuk mendapatkan ketenangan batin,” ungkap Fatmawati, S.E., Wakil Ketua Pelaksana Pabbajja Samanera Sementara MBMI.
Ajakan untuk Berbuat Kebajikan
Fatmawati juga menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya untuk para peserta, tetapi juga menjadi momen refleksi bagi umat Buddha untuk meningkatkan praktik kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami mengajak seluruh masyarakat, baik umat Buddha maupun masyarakat umum, untuk hadir dan menyaksikan rangkaian acara ini. Ini adalah kesempatan untuk berbagi pesan damai dan kebajikan di tengah kehidupan yang serba sibuk,” tambahnya.
Kebanggaan Umat Buddha di Kota Tangerang
Ketua Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia, Agus Jaya, mengungkapkan rasa bangganya atas terselenggaranya kegiatan ini.
“Kota Tangerang adalah magnet bagi umat Buddha. Program ini menunjukkan bahwa umat Buddha dapat bersatu untuk memperkuat ajaran Buddhasasana. Saya berharap kegiatan ini menjadi berkah bagi kita semua,” ujar Agus Jaya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para donatur dan semua pihak yang telah mendukung acara ini. “Dukungan yang diberikan sangat berarti sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses. Semoga program ini menginspirasi umat Buddha untuk terus bangga menjalankan ajaran Buddha,” imbuhnya.
Dukungan dan Harapan dari Para Pemimpin Komunitas
Dr. Rubi Santamoko, M.MP.d, Ketua Umum Boen Tek Bio, menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan Pabbajja Samanera Sementara di Kota Tangerang. “Kegiatan ini tidak hanya memperkuat keimanan umat Buddha, tetapi juga menyampaikan pesan universal tentang kedamaian. Saya berharap program ini terus diadakan secara rutin,” katanya.
Sementara itu, Ketua Panitia, Andreas, M.Pd.B, mengajak masyarakat luas untuk hadir di acara puncak, termasuk prosesi Pradaksina, Pentahbisan, dan Sanghadana. “Partisipasi masyarakat adalah bentuk dukungan nyata terhadap kegiatan yang mengajarkan kebajikan. Mari kita jadikan momen ini sebagai langkah awal untuk hidup lebih damai dan seimbang,” ujar Andreas.
Rangkaian Acara
Program Pabbajja Samanera Sementara akan berlangsung hingga 31 Desember 2024 dengan berbagai kegiatan seperti pentahbisan, pindapata, sanghadana, dan prosesi Thudong yang akan melewati beberapa area di Kota Tangerang, termasuk jembatan Imam Bonjol.
Rangkaian acara ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat, baik umat Buddha maupun umum, untuk ikut serta menyaksikan atau berpartisipasi. Informasi lebih lanjut dapat diakses melalui Instagram resmi @mbmi_pusat dan @btb.rumahbersama.
Sebagai penutup, Fatmawati kembali menekankan pentingnya acara ini. “Pabbajja Samanera Sementara bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang pesan moral yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita bersama-sama berbuat kebajikan dan menyebarkan pesan damai kepada dunia.” tutupnya. (ELC)