Kasus Covid-19, Kebijakan Pelonggaran Seharusnya Dikoreksi. Oleh: Nur Jumiati, Mahasiswi.
Semakin hari kabar peningkatan kasus Covid-19 terus kita dengar, update terakhir per 12 Juli 2020 mencapai 75.699 kasus Covid-19. Hal ini sontak berhasil mentransferkan rasa takut kepada masyarakat dalam setiap aktivitasnya. Pandemi virus corona (Covid-19) menjadi lampu merah di setiap provinsi dengan jumlah yang semakin meningkat, ini sungguh mengkhawatirkan.
Aturan new normal yang diserukan pemerintah hari ini secara tidak langsung memaksa rakyat untuk hidup berdampingan denga virus yang mengancam nyawa, pasalnya aturan ini membuat banyak pelonggaran di masyarakat untuk beraktivitas seperti biasa, bahkan mirisnya tak sedikit masyarakat yang merasa sudah aman dari Covid-19 sehingga abai terhadap protokol kesehatan. Namun anehnya, di tengah naiknya jumlah kasus Covid-19 secara drastis, yang harusnya membutuhkan penanganan lebih serius lagi, Pemerintah justru mengatakan anggaran kesehatan untuk penanganan Covid-19 yang sebesar Rp87,55 triliun tidak akan bertambah hingga akhir tahun walaupun kasus positif Covid-19 saat ini semakin banyak dengan jumlah penambahan rata-rata per hari di atas 1000 kasus. (aa.com.tr/id)
Lonjakan yang begitu fantastis itu bukan hanya disebabkan oleh banyaknya tes masal yang semakin massif dilakukan, sehingga menjadi hal yang wajar atau sebuah prestasi pemerintah karena telah melakukan tes ke lebih banyak orang. Tentu hal ini yang menjadi pemicu utamanya ialah tidak diputusnya rantai penyebaran.
Justru program pelonggaran PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) lah yang seharusnya dievaluasi. Kebijakan ini bukanlah solusi segala aspek. Sebab dari keringanan dalam kebijakan new normal inilah kasus Covid-19 mencuat. Sebagian besar masyarakat kini sudah beraktivitas sepertia biasa, bahkan tak jarang dari mereka mulai menganggap enteng Covid-19, hal ini disebabkan pengkondisian yang dibangun dari pelonggaran PSBB.
Walaupun selalu diserukan narasi patuhi protokol kesehatan, namun tampaknya hal itu tak banyak memberi efek. Sebab fakta membuktikan pasien terus berjatuhan bahkan beberapa rumah sakit overload, ditambah para tenaga medis yang juga berguguran. Seharusnya melihat situasi darurat seperti ini, pemerintah segera membuat terobosan penanganan untuk memutus mata rantai penyebaran dan memperketat aturan kesehatan termasuk meningkatkan anggaran penanganan terhadap kasus Covid-19.
Dengan demikian Cukup jelas menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah hari ini lebih berpihak pada kepentingan tertentu dalam setiap aturan yang dibuat. Prioritas keselamatan rakyat yang harusnya menjadi urusan utama negara malah mendapatkan porsi yang sedikit.
Hal ini menunjukkan penetapan prioritas yang salah dalam kebijakan pemerintah Kapitalistik. Sebab hal utama dan yang diutamakan, dalam sistem ini yakni keuntungan. Hal-hal di luar dari pada itu, menjadi kesekiannya.
Berbeda halnya dengan Islam yang memiliki sistem komperhensif dalam mengatur kehidupan. dalam negara Islam atau Khilafah berpandangan bahwa kesejahteraan dan keselamatan rakyat merupakan hajat dasar yang harus terpenuhi, bukan komoditas. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya, dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.”[HR. Bukhari dan Muslim].
Pada dasarnya negara Islam memang bertugas sebagai junnah atau pelindung sekaligus sebagai pembebas manusia dari berbagai bentuk problematika. Ditegaskan Rasulullah saw: “Imam adalah perisai orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” [HR Muslim].
Dengan begitu kholifah atau pemimpin negara akan memenuhi seluruh kebutuhan warga negaranya secara keseluruhan per individu. Kesehatan termasuk kebutuhan yang akan dijamin negara, sehingga negara akan menyediakan fasilitas yang terbaik dari gedung rumah sakit, obat-obatan, hingga tenaga medis yang berkualitas. Dan kesemua itu diberikan negara secara Cuma-Cuma alias gratis untuk masyarakat.
Demikianlah sedikit gambaran ketika syariat Islam diterapkan secara sempurna dalam lini kehidupan, yang akan membawa kita pada kehidupan yang sejahtera. Maka hanya dengan Islam yang mengatur kehidupan manusia, rahmatan lil alamin akan terasa di tengah-tengah umat. Wallahu’alam Bisshawab.