oleh

Poeple Power Enteng-Enteng Saja Sama Dengan Rusuh Reseh?

Poeple Power Enteng-Enteng Saja Sama Dengan Rusuh Reseh? Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Nasional.

Saya hanya tersenyum lucu membaca berita tentang Pak Amin Rais pasca di periksa sebagai saksi atas tersangka Eggi sujana. Dengan nyantai pak Amin bilang People Power yang beliau maksud adalah Poeple Power yang enteng enteng saja. Bukan dalam pengertian yang mengganti rezim atau menggulingkan pemerintahan yang sah secara konstitusional.

Pasti yang membayangkan Poeple Power seperti tahun 1966 dan 1998 dibuat kecele. Karena rumus poeple power sederhananya rakyat bergerak serentak atas ketidakpuasan, ketidakadilan serta korupsi yang mensengsarakan kehidupan rakyat. Sementara para elit politik hidup dalam kemewahan.

Penjelasan Pak Amin Rais memperjelas ketidaksiapan pendukung Paslon 02 menerima kekalahan politik pada pilpres 2019. Ancaman Poeple Power hanyalah gertak sambal atau gincu demokrasi saja.

Yang membikin geram kita semua adalah dampak dari provokasi itu rakyat banyak yang dirugikan dan dikorbankan. Bahkan gerakan poeple power ala Pak Amin Rais seperti yang kita saksikan bersama pada tanggal 22 mei membikin Ramadhan Kita tercemar. Kesucian Ramadhan terkena imbas polusi yang merusak kekhusuan ibadah Umat Islam.

Baca Juga :  Menepi dan Beristirahatlah Untuk Perjalananmu. Opini Tubagus Soleh
Gerakan rusuh 22 mei sangat mencederai demokrasi kita. Padahal kita sebagai rakyat sangat menantikan sikap politisi negarawan yang mampu berfikir diatas kepentingan dirinya sendiri dan golongannya. Paling tidak mampu berfikir jernih dan siap menggunakan jalur jalur konstitusional yang sudah disediakan oleh sistem demokrasi kita.

Namun amat disayangkan, saya melihat, sejak awal Pak Amin Rais Cs sudah menggemborkan narasi-narasi provokatif tentang kecurangan pemilu oleh Pemerintah dan membangun narasi kemenangan yang bombastis tanpa memperlihatkan kepada publik bukti-bukti kemenangan yang otentik. Sehingga terkesan gerakan Pak Amin cs lebih pada akrobat politik yang membikin tercengang sesaat tapi bubaran setelah pertunjukan selesai.

Buktinya sederhana saja, ketika KPU mengumumkan hasil rekapitulasi suara yang menunjukan pasangan Jokowi Makruf Amin unggul dari pada pasangan Prabowo Sandi BPN terlihat kaget dan gagap dalam mengantisipasi. Rencana aksi besar-besaran yang sudah didengungkan pada tanggal 22 mei telah kehilangan momentumnya. Sehingga meskipun aksi tersebut dilaksanakan sudah tidak memiliki greget yang kuat. Istilahnya daya dobraknya sudah tidak memadai lagi.

Baca Juga :  Internet Record Everything and Forget Nothing

Dampaknya jelas terbaca, meskipun aksi 22 mei dilakukan, tidak lebih sebagai menggugurkan kewajiban yang sudah direncanakan jauh jauh hari. Dan yang paling terlihat jelas aksi tersebut terkesan sporadis tanpa perangkat aksi yang kuat. Hasilnya justru mendulang air terkena muka sendiri. Rakyat semakin tidak simpati apalagi berempati. Dan gerakan 22 mei teraborsi dengan sendirinya.

Yang perlu dicatat, tidak mudah untuk meyakinkan rakyat agar bisa ikut gerakan poeple power. Apalagi ini basisnya ketidakpuasan masalah politik keberpihakan. Karena masing-masing pihak sudah punya garis demarkasinya yang jelas. Rakyat sudah terpola dengan jelas. Akan sangat tidak mungkin ikut mendukung gerakan poeple power yang diusung oleh lawan politiknya. Apalagi narasi narasi yang didengungkan sangat tidak meyakinkan rakyat. Seolah rakyat melihat ada yang ditutup-tutupi. Dan ini sebenarnya menjadi kelemahan yang nyata bagi para pengusung Poeple Power yang enteng-enteng saja ala Pak Amin Rais Cs.

Baca Juga :  Topari: Harus Ada Evaluasi Kritis Terhadap Pelaksanaan Pemilu Serentak
Tapi Nasi sudah menjadi Basi. Rasanya sudah tidak enak lagi. Aromanya pun sudah berbau. Sungguh dari gerakan Poeple Power yang enteng-enteng itu telah meninggalkan luka yang dalam di hati rakyat. Rakyat yang jadi korban.

Bila sudah begitu siapa yang harus bertanggungjawab Pak Amin?

Loading...

Baca Juga