SUARAKEADILAN – Ketua Umum Barisan Muslim Nusantara (BMN) Bagus Hariyanto menilai akrobat politik La Nyalla berpotensi memicu kemarahan orang Madura. Ucapan “Potong leher saya kalau Prabowo menang di Madura” justru membuat rakyat Madura merasa tertantang untuk membuktikan sesumbar La Nyalla.
Demikian dikatakan oleh Bagus Hariyanto melalui pernyataannya, Kamis (13/12/2018). Sebagai orang Madura, Bagus mengungkapkan bahwa La Nyalla tidak memahami benar sifat dan karakter rakyat Madura. Bahkan mantan Ketua Karang Taruna Jawa Timur ini juga mengaku La Nyalla bukan siapa-siapa di mata masyarakat JawaTimur.
“La Nyalla itu di Jawa Timur tidak mempunyai basis akar rumput yang fundamen. Orang Jawa Timur itu semua tahu siapa La Nyalla,” jelas Ketua Umum BMN.
Lanjut Bagus, saat ini La Nyalla sedang memainkan politik ‘tackling’ dalam pemilu 2019 di Jawa Timur. Karena sebagai calon anggota DPD RI dapil Jawa Timur, La Nyalla harus merebut secara paksa. Dan melakukan akrobat politik dengan cara menyerang kelompok yang dianggap lawan oleh dirinya. Ini dilakukan untuk merebut simpati dari kelompok lain yang saat ini dibelanya. Ia ingin menarik simpatisan warga PDIP di daerah Mataraman untuk mendapatkan suara dalam pemilihan calon anggota DPD RI.
“Sayangnya ‘tackling’ La Nyalla sangat dirasakan tidak mulus oleh masyarakat Jawa Timur. Khususnya bagi rakyat madura. Hal ini nampak, sekarang ini banyak orang Madura yang bersemangat keras untuk membuktikan bahwa omongan La Nyalla tidak benar. Jangan main-main dengan orang Madura,” kata Bagus.
Ketua Umum BMN ini mengingatkan La Nyalla, masyarakat Madura masih tidak lupa dengan gagalnya tokoh Madura Mahfud MD sebagai calon wakil presidennya Jokowi. Orang madura itu pantang malu. Seperti dalam pepatah Madura. Yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia, “lebih baik putih tulang daripada putih mata”. Artinya lebih baik mati daripada menanggung malu.
“Taruhan leher La Nyalla oleh rakyat Madura saat ini, justru saat ini dianggap sebagai tantangan yang ditujukan langsung kepada rakyat Madura, karena La Nyalla bukanlah orang Madura. Sehingga dia tidak bisa mewakili perasaan dan apalagi budaya Madura.”
Akrobat politik La Nyalla ini dinilai Bagus Hariyanto, justru akan membawa dampak negatif bagi La Nyalla sendiri. Ambisi politik La Nyalla di pemilu 2019 semakin berat untuk mewujudkannya. Karena warga daerah Mataraman tentu sudah punya calon anggota DPD RI yang berasal dari komunitas PDIP sendiri.
“Apa iya nanti apabila pernyataannya La Nyalla tidak terbukti, dia mau dipotong lehernya pakai celurit madura? Statement dan taruhan seperti ini hanya bertujuan untuk mendongkrak image dirinya. Kenyataannya sudah sering terjadi taruhan politik seperti ini. Misal mau digantung di Tugu Monas dan mau diludahin wajahnya dan lain-lain. Ujung-ujungnya ngumpet atau “ngeles” setelah omongannya tidak terbukti,” tutup Bagus Hariyanto. (DCY)