SUARAKEADILAN – Bukan sikap optimis yang membuat Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandi Jenderal (Purn) Djoko Santoso yakin Prabowo pasti menang, tapi tanda alam. Bukan 13 juta orang berkumpul di Monas yang jadi perhitungan, tapi representasi mereka adalah buktinya.
Demikian dikatakan Djoko Santoso ketika ditemui redaksi di Solo, Kamis (03-01-2019), saat memulai “Tour de Jateng”. Tour ini adalah salah satu strategi gerilya politik untuk memenangkan Prabowo Sandi di Jawa Tengah.
Sebelum turun di daerah Jateng dan sekitarnya saya belum seratus persen yakin. Walau sejak digelarnya Reuni 212 pada 2 Desember 2018 kemarin sebetulnya saya sudah optimis. Bahwa Prabowo pasti menang,” kata Ketua BPN.
Lanjut Djoko Santoso, ada 13 juta lebih orang berkumpul di Monas. Yang datang adalah political mass (massa politik) dan bukan merupakan kerumunan politik (political crowd). Karena massa sebanyak itu mempunyai fundamen dan tujuan yang jelas. Secara tersirat, umat Islam yang tergabung dalam aksi damai reuni 212 itu memprotes ketidakadilan terhadap penguasa negeri saat ini.
Ketua BPN ini mengakui ada upaya untuk melemahkan terjadinya aksi reuni 212. Bahkan salah satu media terkenal mengatakan bahwa aksi 212 hanya sebuah kerumunan politik (political crowd).
“Itu tidak benar,” kata Ketua BPN.
Djoko Santoso mengakui, ketika banyak turun ke masyarakat, baru terbukti bahwa apa yang terjadi di ruang publik. Ia menyadari aksi 212 sesungguhnya adalah representasi nyata dari sebagian besar masyarakat Indonesia. Mereka tidakpuas dengan rezim sekarang ini dan itu diwujudkan dalam bentuk aksi reuni 212. Itu adalah sebuah tanda alam bahwa Prabowo pasti menang.
“Insya Alloh tanda-tanda alam sudah memihak pada Prabowo. Prabowo pasti menang,” kata Djoko Santoso.
Sementara itu, Anggota Direktorat Satgas BPN Bagus Hariyanto, secara terpisah mengatakan bahwa tanda-tanda alam bahwa Prabowo akan menang nampak sangat jelas. Menurutnya, paling tidak ada 4 hal yang menjadi bukti.
“Yang pertama, dapat dilihat ketika semua kunjungan yang dilakukan oleh Prabowo maupun Sandi selalu disambut antusias oleh ribuan masyarakat. Sementara di kubu sebelah malah sebaliknya, sepi dari pengunjung,” kata Bagus di Jakarta, Sabtu (5/1/2019).
Bagus menambahkan, bahkan kunjungan Jokowi di beberapa daerah terutama barisan emak-emak, secara terang terangan mengacungkan salam dua jari dihadapan Jokowi. Di Madura jokowi disuruh pulang (Jokowi mole).
Yang kedua adanya fenomena arus bantuan langsung kepada Sandiaga Uno. Bantuan ini berupa uang dalam berbagai jumlah yang datangnya dari masyarakat secara spontan. Ini menunjukkan adanya keinginan kuat dari rakyat akan terjadinya perubahan yang lebih baik.
“Yang ketiga, di semua polling media sosial Prabowo selalu unggul jauh. Bukan hanya di group whatsupp saja yang homogen. Namun pada media sosial yang heterogen. Seperti polling yang dilakukan di facebook, tweeter dan lain lain. Semua mengunggulkan Prabowo Sandi,” tutur Bagus.
Bagus menyebut yang terakhir adalah “Gerakan Ganti Presiden”. Gerakan ini sudah terlanjur menjadi sebuah wabah di semua kota di Indonesia. Karena rakyat sudah merasakan hidup susah, listrik dan bbm naik, susah mencari lapangan pekerjaan dan semua bahan pokok menjadi mahal.
“Empat hal ini akan terus bergulir menjadi besar. Bak tsunami besar, yang sulit dibendung,” tegas Anggota Direktorat Satgas BPN.
Lanjut Bagus Hariyanto, kubu lain sekarang sudah kebingungan mencari cara untuk membendung arus bawah yang demikian kuat. Bahkan saking bingungnya salah satu partai koalisi seperti PSI membuat opini yang cenderung berdampak hukum. Yaitu dengan memberikan piagam penghargaan kebohongan kepada kubu yang dilawannya.
“Ini kan opini murahan. Dan Ketua BPN lagi mempertimbangkan untuk mengambil langkah hukum. Atas opini yang dimunculkan oleh partai PSI tersebut,” kata Bagus Hariyanto.
“Kalau tidak ada kecurangan, Insya Alloh Prabowo pasti menang,” tutup Bagus Hariyanto. (DCO)