oleh

Ulama Zuriat Kesultanan Banten Sambut Positif Hasil Munas NU di Banjar

SUARAKEADILAN – Hasil Munas NU di Banjar tak pelak lagi menimbulkan Pro dan Kontra. Banyak pihak yang terkejut dan bertanya-tanya kemana arah dari hasil munas NU ini.

Para ulama dari Zuriat Kesultanan Banten yang berhimpun di ormas Babad Banten (Kerabat dan sahabat kesultanan Banten) menanggapi hasil Munas NU di Banjar. Menurut Kyai Haji Imaduddin Utsman Pengasuh Pondok Pesantren NU juga Waketum Babad Banten Nasional, yang beralamat di Kampung Cempaka Kresek Kabupaten Tangerang Banten, ia menanggapi positif hasil munas tersebut.

“Keputusan Hasil Munas NU di Banjar menegaskan status non Muslim dalam negara Bangsa adalah warga negara (Muwathin-red) yang memiliki Hak dan kewajiban yang setara dengan warga negara lainnya. Mereka tidak termasuk dalam kategori-kategori yang ada dalam fiqih klasik. Yakni mu’ahad, musta’man, dzimmi, dan harbi. Bukan berarti menghapus term kafir dari bingkai hukum Islam, apalagi menyalahkan alqur’an” jelas kyai Imad.

Baca Juga :  Hikmah Pernikahan. Opini Rina Raodatul Jannah

Kyai Imad sangat menyayangkan ada orang orang yang melebih-lebihkan dan mengkritik. Padahal belum memahami maksud hasil dari munas NU tersebut. Ia juga menanggapi apakah hasil Munas NU ini berdampak pada kualitas demokrasi bangsa Indonesia kedepan. Misalnya non muslim boleh menjadi presiden.

“Secara demokrasi sah-sah saja. Karena demokrasi berdasarkan suara terbanyak. Namun hasil Munas NU di banjar sama sekali tidak ada hubungannya dengan politik. Hasil munas itu untuk mengkokohkan kembali kehidupan berbangsa. Yang akhir-akhir ini mulai terkoyak oleh sebagian kelompok yang berhaluan neo khawarij,” tutur Kyai Imad.

Lanjut Kyai Imad, NU ingin menegaskan di Indonesia ini masih ada anak bangsa yang memiliki komitmen kebangsaan yang tinggi. Orang-orang non Muslim tidak perlu khawatir selama ada NU. Karena NU akan melindungi.

Baca Juga :  DPR Sebut Gagasan Kampung Tangguh Narkoba Ide Cerdas Kapolri

Adalah kesalahan berfikir kalau masih memasukan non muslim dalam status kewarganegaraan dengan istilah kafir. Bahkan merupakan kemunduran. Padahal masalah fiqih berkaitan erat dengan konteks sosio budaya, geografi, waktu, dan lainya, ketika produk fiqih dilahirkan.

“Langkah NU itu sudah sesuai dengan cara dakwah Walisongo, terutama Kesultanan Banten. Wajib bagi kita zuriat walisongo menjaga pandangan berbangsa. Sebagaimana yang diajarkan oleh walisongo agar keutuhan kita sebagai bangsa bisa tetap terjaga dan terpelihara,” tegas kyai Imad.

Hal senada diungkapkan oleh Ulama Zuriat Kesultanan Banten Kyai Haji Sehabudin Ahmad. Pengasuh Pondok pesantren Darussaadah ini juga Ketua Babad Banten Kota Tangerang yang beralamat di Kp Doyong Jatiuwung.

Baca Juga :  Diduga Rombongan Wapres Putar Arah Karena Aksi Bela Rakyat Gorut Jilid 4

“Tidak masalah bila non muslim menjadi presiden, bila rakyat menghendaki. Sesuai dengan demokrasi yang dianut oleh bangsa kita,” tutur Kyai Sehab.

Sedangkan Kyai Haji Embay Mulya Syarif Pembina Babad Banten Nasional meyakini bahwa NU sudah matang dalam masalah kebangsaan.

“Saya yakin semua hasil munas NU sudah dikaji secara matang oleh Ulama Ulama NU.” tegas Kyai Embay (TMS)

Loading...

Baca Juga