oleh

Kerja Budaya yang Dianggap Remeh, Tapi Merubah Makna

Kerja Budaya yang Dianggap Remeh, Tapi Merubah Makna. Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Pusat.

Sejak Dunia medsos mengharu biru jagad maya kita, percepatan arus informasi tidak terbendung lagi. Hampir hampir saja otak kita menjadi ‘tong sampah’ yang tidak berguna. Bila saja kita tidak memiliki saringan yang kuat berupa pikiran yang jernih dan iman yang kokoh. Karena di era edan ini, kecanggihan membuat mirip-mirip nyaris sangat sempurna. Mirip-mirip bener. Mirip-mirip saleh. Mirip-mirip kyai. Mirip-mirip ustaz. Mirip-mirip penjahat. Mirip-mirip di dholimi. Mirip-mirip baik. Dan seterusnya.

Sudah banyak yang menjadi korban karena tidak eling lan waspodo. Karena kejahatan mirip mirip ini. Gerakan mirip mirip yang menjadi trend saat ini. Kita sangat mudah beralih ke lain ‘hati’ karena pandangan pertama. Kesan pertama begitu menggoda. Melupakan yang ada di kita. Meskipun yang kita punya lebih baik daripada yang di luar sana.

Gerakan budaya memang dahsyat. Tanpa sadar atau sadar, kita digiring untuk mengikuti pola tertentu yang berakibat hilangnya identitas diri kita. Kemudian menyusul lenyapnya budaya kita. Dan yang terakhir lenyapnya iman kita. Hebatnya, tanpa kita sadari atau kita sadari. Jika sudah hilang iman kita, kita pun masih berapologi macam-macam. Seolah kita masih memegang tradisi. Masih sesuai dengan ajaran para karuhun kita.

Baca Juga :  Membaca Rommy dan Hasil Litbang Kompas, Opini Tubagus Soleh

Sekarang faktanya kita sudah ‘terkurung’ dalam benteng maya kita sendiri. Nyaris tidak ada yang tidak bisa terdeteksi dan terpantau. Kecanggihan teknologi HP menjadi GPS bagi ‘lawan’ kita untuk lebih memudahkan memantau perjuangan kita. Bila tidak hati-hati HP kita menjadi mata-mata musuh yang sangat mematikan. Untuk itu menggunakan teknologi canggih HP lebih baik hanya sekedar yang baik-baik saja dan yang biasa-biasa saja.

Kerja budaya memang terlihat remeh temeh. Bahkan dianggap tidak berguna. Namun sangat berdampak serius bagi identitas kita. Contoh paling nyata yang sudah banyak di share di grup WA yaitu Perubahan nama Hari dari Ahad ke minggu.

Ini hasil dari kerja budaya yang tekun luar biasa. Tanpa kita sadar perubahan itu ternyata mengubah sebuah entitas bangsa. Yang lebih parah lagi ketika sudah tahu malah kita asyik dengan kondisi itu. Contoh paling konkrit, kebanyakan kita masih saja menyebut hari minggu atau minggu depan. Lidah kita masih keluh membiasakan mengucapkan hari ahad atau pekan depan. Bahkan saya yakin di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren pun kalendernya masih tertera nama harinya hari minggu masih belum berubah. Karena itu sudah menjadi kebiasaan kebanyakan orang serta didukung oleh sebuah sistem kekuasaan.

Baca Juga :  Kelompok Pemuda Harus Bersatu Merawat Harmonisasi Bangsa

Inilah hasil dari kerja budaya gozwul fikri yang sudah nyata hasilnya. YAITU MERUBAH NAMA HARI DARI AHAD MENJADI MINGGU. sekali-kali mereka tidak akan ridho kepadamu sampai engkau mengikuti mereka dan tanpa tetesan darah kita sudah larut dalam budaya yang mereka maui. Kita telah kalah telak.

Sebagai sebuah gerakan budaya, ormas Kerabat & Sahabat Kesultanan Banten ( Babad Banten ) haruslah mampu memerankan diri sebagai muazin bagi ummat. Menyadarkan dari pingsan panjang budaya karuhunnya sendiri. Sebagai gerakan pendidikan, Babad Banten wajib menanamkan biji-biji tauhid yang menghidupkan jiwa yang mati karena terbelenggu dari syirik yang sudah lama bersemayam dalam diri umat. Sebagai gerakan dakwah, Babad Banten wajib menyampaikan pesan para karuhun kita dari Nabi hingga walisongo sampai zaman kini.

Baca Juga :  GPI Jakarta Anggap Tito Karnavian Tidak Becus Pimpin Kemendagri
Perang budaya semakin sengit karena kecanggihan teknologi. Semakin kita eling lan waspodo inshaAlloh bisa menjadi saringan dan benteng maya yang tangguh. Bahkan kita bisa ‘menyerang’ balik masuk ke benteng ‘mereka’.

Intinya, jangan remehkan kerja budaya yang kelihatannya remeh temeh. Disitu titik masuk lawan ke benteng kita.

Dalam catatan ini, saya ingin mengingatkan pesan yang indah dari Abah Gaos Sirnarasa. Beliau masih zuriat Langsung Syekh Abdul karim Tanara. Tugas Babad Banten yang paling pokok: kudu nyatukeun zuriat jeung hirupkeun NuriatNya. Semoga dengan kerja budaya yang menjadi program pokok babad banten harapan beliau yang merupakan harapan kita semua bisa terwujud.

Ayo mulia hari ini kita biasakan memakai nama nama hari peninggalan leluhur kita. Sederhana, kelihatannya remeh tapi mampu merubah sebuah entitas bangsa. Berani?

Loading...

Baca Juga