oleh

Listrik Naik Rakyat Dikorbankan. Opini Susi Maryam Mulyasari

Listrik Naik Rakyat Dikorbankan. Oleh: Susi Maryam Mulyasari, S.Pd.I, Aktivis Dakwah.

Sudahlah jatuh tertimban tangga pula. Kira-kira itu ungkapan yang pas untuk menggambarkan kondisi kita sekarang. Kondisi ekonomi dampak covid-19 sudah terasa oleh masyarakat, menurunnya daya beli sebagai efek domino dari penerapan PSBB yang beberapa bulan terakhir di lakukan oleh pemerintah. Penganguran dan PHK sudah terjadi dibeberapa perusahaan, nampak lah jelas derita rakyat ini.

Selain itu polemik yang terjadi di masyarakat pun terjadi, sebagai respon dari penerimaan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang oleh beberapa kalangan dipandang tidak pro terhadap masyarakat, sebut saja kebijakan kenaikan iuran BPJS, pengesahan UU Minerba yang pro terhadap asing, bahkan yang baru- baru ini yang mampu mengejutkan berbagai pihak yaitu potensi kenaikan tarif dasar listrik. Beberapa waktu lalu masyarakat dikagetkan dengan tagihan listrik yang begitu besar hampir 4 kali lipat seperti biasanya.

Baca Juga :  Stop Adu Klaim Yang Bingungkan Rakyat, TNI Polri Harus Netral

Walaupun demikian PLN menyangkal bahwa telah menaikan tarif dasar listrik. Direktur Human Capital Management PT PLN (Persero), Syofvi F. Roekman, bahwa PLN tidak pernah menaikan tarif dasar listrik karena itu semua domain pemerintah, menteri ESDM telah mengeluarkan peraturan tentang itu sehingga tidak lah mungkin PLN menaikan harga secara diam-diam. Kenaikan tagihan listrik disebabkan karena lonjakkan pemakaian listrik sebagai dampak dari WFH dan BDR (belajar di rumah sebagai penyebab melonjaknya tarif dasar listrik.

Sebagaimana kita ketahui bahwa listrik merupakan sektor vital yang harus diperhatikan oleh pemerintah, seharusnya pemerintah mampu berperan di dalam menyediakan kebutuhan vital bagi rakyatnya. Namun demikian harapan dengan kebijakan yang pro rakyat, jauh api dari panggang sesuatu yang sangat susah untuk terjadi. Hampir semua kebijakan yang menyangkut sektor vital dikendalikan oleh para investor yang notabenenya para kapitalis (para pemiliki modal). Sehingga pemerintah kehilangan nyalinya untuk menetapkan kebijakan yang menyejahterakan rakyatnya.

Baca Juga :  Tak Ada Kebangkitan Jika Tak Merasa Telah Tertindas dan Terpuruk

Padahal negara kita adalah negara besar yang kaya akan sumberdaya alam dan manusia, negeri muslim terbesar di dunia. Seharusnya dengan melihat potensi yang besar ini kita bisa mandiri di dalam menentukan kebijakan. Terutama potensi umat islam yang begitu besar, potensi akan kejayaan islam di masa lalu seharusnya mampu menjadi spirit kebangkitan atas problematika yang menerpa negeri ini.

Sebagai contoh Berbicara tentang sumber daya alam islam mempunyai konsep yang jelas dan praktis untuk di terapkan bahkan kalau di tinjau dari sudut pandang kepemilikan, maka sumber daya alam termasuk kepemilikan umum yang dikelola oleh negera untuk kepentingan rakyat. Negera haram hukumnya menyerahkan kepada swasta baik domestik maupun asing, semuanya wajib di kelola oleh negara untuk memenuhi sumber pembiayaan yang alokasinya untuk kesehatan, kemanan, pendidikan dll.

Baca Juga :  Liberalisasi, Biang Tagihan Listrik Meledak. Opini Suratiyah

Sehingga seandainya kita mengadopsi sistem Islam di dalam pengelolaan listrik, sudahlah pasti rakyat akan diuntungkan, karena berpotensi untuk gratis walaupun bayar tidak akan sampai membebani rakyat.

Oleh karena itu umat Islam harus sadar dan yakin akan potensi Islam di dalam menyelesaikan problematika yang terjadi di negeri ini, sudah saatnya kita beralih untuk memilih dan memperjuagkan tegaknya Islam di muka bumi ini. Karena Islam lah satu-satunya solusi atas problematika negeri ini.
Wallahualam Bi showab

Loading...

Baca Juga