SUARAKEADILAN.ID – Penggunaan ilmu gaib dalam pergulatan politik di Indonesia, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apalagi di era digital saat ini, kepercayaan masyarkat kita dengan hal-hal gaib dan berbau supranatural selalu menjadi fenomena tersendiri.
Berbagai jenis pilihan service (jasa) pun tersedia. Salah satu yang paling digandrungi oleh para politisi saat ini adalah pelet dan susuk.
Para politikus seperti calon Legislatif (Caleg), calon Bupati maupun calon Gubernur. Banyak yang menggunakan jasa pelet maupun susuk untuk memikat calon pemilihnya.
“Cara tersebut dipilih oleh para politisi, karena dianggap lebih efektif dan dan dengan biaya yang lebih murah. Dibandingkan dengan Politik Uang yang dirasa cukup mahal di Indonesia,” ujar Ki Geni Seketi saat dikonfirmasi melalui WhatsApp. Rabu (17/11/2021).
“Lewat jalan pintas ini, para oknum Politisi akan terhindar dari kerugian materi yang besar saat kampanye,” lanjutnya.
Konsultan Spiritual dan Praktisi Supranatural tersebut juga menjelaskan. Bahwa para oknum politisi biasanya akan datang ke paranormal untuk dibantu membuka aura lewat pelet maupun susuk pengikat.
Pelet dan susuk tersebut dimaksudkan, agar masyarakat yang melihat dirinya saat berkampanye terlihat lebih menarik, berwibawa, karismatik, dan apa yang ia ucapkan bisa diterima di hati masyarakat.
“Biasanya oknum Calon Legislatif, Bupati dan Gubernur tersebut dimandikan dan dibatalkan terlebih dahulu (untuk membuat perjanjian),” tandas Ki Geni.
Menurut Ki Geni, hal paling ekstrem dari pelet ini adalah, sang paranormal akan menggerakkan tangan masyarakat. Di satu wilayah untuk memilih calon dari oknum yang menggunakan bantuan gaib tersebut.
“Hal tersebut sangat mungkin terjadi, tergantung dari jenis perjanjian antara oknum politisi tersebut dengan makhluk astral yang akan membantunya,” ucapnya.
Tidak hanya di level atas, penggunaan mahluk gaib untuk membantu para politikus. Dalam percaturan politik kelas bawah juga terjadi hingga level pemilihan kepala desa.
Misalnya di daerah Jawa, sampai hari ini masih sangat kental dengan kejadian tersebut. Bahkan para calon kepala desa bisa saling mengirim energi negatif untuk menghancurkan lawan politiknya.
Adapun proses pengiriman bisa melalui data diri seperti foto, tanggal lahir, dan orang tua. Dokumen tersebut akan menjadi media dan bahan untuk target.
Atas dasar itulah Ki Geni meminta masyarakat untuk tidak mudah memberikan data lengkap atau memposting hal tersebut di akun media sosial.
“Karena itu membuat pelaku dan oknum kejahatan berniat jahat kepada kita. Dan lebih gampang melakukan hal-hal di atas. Ketika ada nama, foto, nama orang tua, tanggal lahir semua bisa dilakukan,” jelas Ki Geni mengingatkan.
“Makanya zaman sekarang banyak banget orang yang bisa melakukan santet maupun guna-guna dengan gampang,” tutupnya. (AMN).