Fenomena Munculnya Kerajaan Agung Sejagat. Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Pusat.
Saya mencermati kemunculan Kerajaan Kraton Agung Sejagat. Saya berikir hebat juga ada orang yang berani mendeklarasikan diri sebagai seorang Raja dari sebuah kerajaan di zaman edan ini.
Dari penelusuran penulis, sosok yang mendeklarasikan diri sebagai Raja Kraton Agung Sejagat sangat luar biasa. Pasalnya, menurut berita yang bertebaran di media sosial dan online, penulis simak, sang Tokoh —Totok Santoso Hadiningrat— pernah tinggal di gubuk ‘reot’ di pinggiran bantaran Kereta Api Kampung Bandan Jakarta Utara.
Begitupun kehidupan beliau di Sleman Jogjakarta hampir tidak terlihat glamor bahkan bisa dikatakan cukup sangat prihatin. Untuk bisa menyambangi hidup beliau membuka kedai dagang angkringan yang buka mulai sore hari hingga larut malam.
Tentu penulis tidak tertarik membahas ‘masa lalu’ sosok Raja Kraton Agung Sejagat. Karena dalam kisah orang orang hebat, banyak diceritakan orang orang hebat yang tercatat dalam sejarah justru menjalani kehidupan awalnya dengan penuh keprihatinan. Rajin tirakat, hidup sangat sederhana bahkan jauh dari dikatakan sederhana. Tapi justru dari gemblengan kehidupan yang dahsyat itulah muncul jiwa kepemimpinan dalam diri sang Tokoh.
Yang menjadi perhatian penulis adalah gagasan sang Tokoh Kraton Agung Sejagat yang ‘nyeleneh’. Bahkan cukup membuat banyak orang berfikir dan mencari tahu ke relung masa lalu. Pasalnya dalam klaim Sang Tokoh, bahwa kemunculan sang Tokoh dengan Kraton Agung Sejagat merupakan pemenuhan Janji 500 tahun Majapahit.
Penulis cukup berkrenyit kening. Apa yang dimaksud dengan janji 500 Tahun keruntuhan kerajaan Majapahit. Terkait dengan masalah apa? Agamakah, Bentuk negarakah atau apa. Ini nyeleneh yang pertama.
Nyeleneh kedua adalah klaim kekuasaan dan wilayah. Hal ini juga menarik. Sang Tokoh luar biasa beraninya. Mengklaim semua pemerintahan dunia dibawah kekuasaan Kerajaan Agung Sejagat. Termasuk Amerika serikat dan Eropa. Walaupun geli mendengar klaim tersebut tapi penulis salut atas keberanian sang Tokoh dalam memunculkan wacana dan wawasan Nusantara yang mendunia.
Di zaman edan sekarang ini, kemunculan Fenomena seperti Kerajaan Agung Sejagat sangat mungkin. Karena Banyak faktor yang mengiringi kemunculan Fenomena seperti itu. Bisa saja, himpitan hidup yang sangat menekan, dan Janji kemerdekaan yang belum juga kunjung bisa dinikmati oleh sebagian besar Rakyat.
Karena Kemerdekaan yang diharapkan membawa Seluruh Rakyat ke dalam gedung kemerdekaan hingga saat ini sebagian besar rakyat masih menunggu di depan pintu gerbang kemerdekaan. Mereka kehujanan, kebanjiran, kedinginan namun Sambil menyaksikan para penggede negeri asyik Masyuk Korupsi uang Rakyat. Pedih hati menyaksikan fakta seperti itu.
Dengan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya yang demikian tersebut, jangan salahkan rakyat jika rakyat pun mampu berfikir antagonis dan melawan arus pemikiran mainstream. Bisa jadi salah satunya adalah dengan terus ‘menghidupkan’ ‘Mitos-Mitos’ kejayaan masa lalu yang bisa menyatukan rasa sesama kaum tertindas. Kaum yang terpinggirkan dari kue pembangunan bangsa.
Fenomena ini tidak perlu ditanggapi dengan kekuatan dan kekuasaan yang power full. Apalagi sampai dituduh macam-macam. Cukup itu dimaknai sebagai bentuk protes rakyat yang menginginkan Indonesia merdeka seperti yang pernah dijanjikan.
Indonesia berdiri tidak dengan sendirinya. Tapi atas kesepakatan para Founding Father para Raja dan Sultan yang terlebih dulu memiliki hak di tatar Nusantara ini.
Maka hemat penulis, pemerintah perlu segera berbicara dari hati ke hati kepada para Raja dan Sultan agar fenomena seperti Kerajaan Agung Sejagat di masa depan tidak lagi memicu semangat dari Mitos Mitos yang dapat mengganggu keutuhan NKRI.