Tomy Soeharto Jadi Sultan Sepuh Demak Bintoro: Bukan sekedar Gerakan Budaya? Oleh: Tubagus Soleh, Ketum Babad Banten Pusat.
Sebelum melanjutkan menulis pada kalimat yang lain, terlebih dahulu Penulis perlu Mengucapkan Selamat Kepada Mas Tomy Hutomo Mandala Putra atas anugrah gelar Sri Paduka Sultan Surya Buwana Hutomo Mandala putra dari Kesultanan Demak Kraton Glagah Wangi. Semoga gelar tersebut membawa keberkahan bagi bangsa dan negara kita Indonesia.
Dari sekian banyak gerakan yang dilakukan oleh Keluarga Cendana pasca berhentinya Pak Harto akibat demonstrasi rakyat pada tahun 1998, gerakan budaya yang dilakukan oleh Tomy Soeharto yang sangat serius untuk disimak. Pasalnya gerakan budaya ini merupakan jantung bernapas bangsa Indonesia.
Tomy Hutomo Mandala Putra selanjutnya penulis singkat dengan HMP sudah berhasil membuktikan dukungan yang signifikan dari para Raja dan Sultan di Tanah Jawa.
Meskipun belum semua Kesultanan Berpengaruh turut serta dalam proses pengukuhan beliau sebagai Sri Paduka Sultan Surya Buwana Hutomo Mandala Putra di Kraton Demak Bintoro Glagah Wangi. Tidak tertulis di berita Kesultanan Cirebon, Banten serta Sumedang Larang turut serta dalam prosesi tersebut.
Bagi penulis, kehadiran ketiga Sultan dan Raja dari ketiga kesultanan tersebut sangat penting sebagai bentuk pengakuan terhadap HMP meskipun sebagai entitas budaya semata.
Menariknya, kemunculan HMP sebagai Sultan Sepuh berbarengan dengan munculnya Kerajaan yang tidak memiliki histori yang kuat atas klaimnya. Sebut saja Kerajaan Agung Sejagat dan Sunda Empire yang bikin heboh jagad bangsa kita.
Semoga saja kemunculan HMP sebagai Sultan Sepuh Kraton Demak Bintoro Glagah Wangi mampu meningkatkan soliditas dan memperkokoh rasa kebangsaan yang makin tergerus oleh zaman.
Penulis memandang memunculkan Tokoh Sekaliber HMP dalam panggung gerakan budaya yang berbasis Kerajaan dan Kesultanan oleh Kraton Demak Glagah Wangi merupakan langkah cerdas dan visioner.
Barangkali sudah waktunya, para Pemangku Kerajaan dan Kesultanan bersatu-padu menyolidkan untuk menyegarkan kembali wawasan Nusantara sebagai akar budaya bangsa Indonesia.