oleh

Logika Agama Memahami Hakikat Sabar, Sebuah Opini Subairi

Logika Agama Memahami Hakikat Sabar. Oleh : Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria.

Sesungguhnya tema ini harus kita sosialisasikan terus menerus. Apalagi saya merasakan apa yang terjadi dengan bangsa kita. Kenapa ya menjadi bangsa pemarah? Katanya bangsa Indonesia itu bangsa yang santun, ramah. Tetapi kalau kita melihat berita-berita akhir-akhir ini, ternyata kita harus mengevaluasi diri. Bagaimana kita bisa meraih kesabaran. Protes itu boleh, tetapi kemudian kalau sambil membakar kantor polisi atau membakar gedung yang dibangun oleh masyarakat sendiri? Itu kan masalah.

Nah sekarang kalau kita lihat, hakikat sabar itu kekuatan dalam diri kita untuk menahan sesuatu dan baru dikeluarkan pada saatnya yang tepat. Contoh seorang istri marah kepada suaminya, itu boleh atau tidak? Tentu saja boleh atau seorang suami marah kepada istrinya itu boleh-beleh saja. Cuma masalahnya, kalau pakai sabar, kita berfikir kapan nih saya harus menyampaikan atau meluapkan kemarahan ini. Jadi orang yang sabar itu dia akan menggunakan rasionya, pemikirannya untuk mengemukakan sesuatu.

Seorang istri kesal pada suaminya. Begitu suami baru datang, dia berfikir, suamiku masih capek, suamiku belum makan, suamiku dari kantor nampaknya cukup berat menghadapi pekerjaan. Jadi kemarahan itu tidak langsung dikeluarkan. Tetapi setelah suaminya makan, setelah suaminya rileks, dia cerita pelan-pelan. Inilah yang dimaksud dengan sabar.

Baca Juga :  Logika Agama Allah Itu Dekat Atau Jauh?
Hakikat Sabar itu bukan kita tidak boleh mengungkapkan kemarahan. Tetapi kalau dengan sabar, maka posisi kita nanti hampir mirip dengan seorang dokter yang memberikan obat kepada pasiennya. Dia akan memberikan obat menurut dosisnya yang tepat.

Tetapi tolong diingat, bahwa sabar itu butuh proses. Makanya di dalam Al-quran surah Ali Imran ada perintah dari Allah SWT yang mengatakan, “Ya Ayyuhal lazina amanus biru washabiru werabitu (hai orang-orang yang beriman, sabar, tingkatkan kesabaran dan waspadalah). Waspada disini, karena setan sering kali masuk dalam celah-celah kesabaran kita.

Berapa banyak orang yang tadinya sabar, akhirnya sampai pada titik putus asa. Karena setan itu masuk kedalam celah kesabaran kita. Ada seorang istri yang begitu sabar menghadapi tingkah suaminya, tetapi boleh jadi ada bisikan dari setan. Bisikan itu mengatakan, “ya, suami yang kayak gini. Sudahlah dibuang saja. Ganti dengan yang baru”. Ini kadang terjadi bagi orang yang tidak mengetahui hakikat tentang sabar. Biasanya kalah dengan bisikan syetan.

Itu sebabnya ada ungkapan yang tidak tepat di masyarakat. Yaitu, “dengar ya, kesabaranku sudah habis”. Jadi kalau kesabaranku sudah habis, berarti sudah tidak sabar lagi. Sesungguhnya yang namanya sabar itu tidak ada batas. Kan ada orang bilang sabar itu ada batasnya? Sabar itu tidak ada batasnya. Makanya di dalam al-Quran dikatakan, “hai orang-orang yang beriman, sabar dan tingkatkan kesabaran dan waspadalah”.

Baca Juga :  Logika Agama Ketika Al-Quran Membahas Hebatnya Ilmu dan Teknologi
Ini yang perlu diingat. Hakikat sabar itu wilayahnya cukup luas. Pertama, sabar menghadapi kemarahan, itu yang paling sering kita temukan. Yang kedua, sabar menghadapi dorongan-dorongan buruk. Saya yakin kita semua punya dorongan buruk. Kita sabar untuk menghadapi dorongan buruk itu.

Ketika mahasiswa mengerjakan tugas dari dosennya, boleh jadi ada dorongan buruk. Kalau saya copy paste, dosen juga tidak akan tahu, kan mahasiswa segitu banyaknya. Biar aku ambil saja tugas kakak angkatan misalnya. Akhirnya dia tidak mengerjakan tugas itu dengan sebaik mungkin, karena ada bisikan buruk dari setan.

Yang ketiga, sabar dalam ketaatan. Untuk taat kepada Allah SWT, butuh sabar. Kita untuk shalat diawal waktu itu butuh sabar. Untuk tahajjud pada saat orang masih tidur lelap kita juga butuh sabar. Jadi orang-orang yang ahli ibadah, dia sabar dalam beribadah.

Yang keempat, sabar dalam menghadapi berbagai macam karakter orang. Orang itu macam-macam. Ada orang yang mempunyai karakter belum jelas informasi yang dia dapat, sudah memceritakan kepada orang lain. Padahal dia sendiri tahunya hanya sedikit. Cuma dia sendiri yang membumbu-bumbui, agar agak sedap didengar oleh orang lain. Orang diciptakan oleh Allah SWT, dengan karakter yang berbeda-beda. Sehingga kita butuh kesabaran menghadapinya.

Baca Juga :  Kapolsek Cengkareng Imami Napi Sholat Dzuhur Berjamaah dan Berikan Arahan

Yang kelima, kita harus bersabar dalam menyampaikan dakwah. Sabar dalam menyampaikan pesan-pesan agama. Inilah wilayah sabar yang harus kita miliki, supaya hidup kita sukses dan betul-betul berkualitas.

Untuk bisa bersabar, ada beberapa trik. Yang pertama, kita harus yakin bahwa kita bisa menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Karena kalau kita tidak yakin, kita akan putus asa. Bahkan ada yang bunuh diri karena merasa selalu ditimpa cobaan dalam hidupnya. Sebenarnya dia itu belum menghadapi ujian secara optimal dan maksimal, karena karena semua orang diuji oleh Allah SWT, itu sesuai kadar kemampuannya.

Yang kedua, kalau kita ingin sukses dalam kesabaran, kita harus yakin dunia itu tidak tetap. Dunia itu bisa berubah, sesuai ketetapan Allah SWT.

Kadang kita mengatakan kesal kepada orang lain. Dulu ketika dia miskin, datang terus sama saya, silaturrahim. Sekarang, karena sudah menjadi bos, saya telepon pun tidak diangkat. Bagaikan kacang lupa kulitnya. Saya ke kantornya, malah ditemui satpam, padahal dulu dia itu tidurnya nebeng di rumah saya. Orang yang ngomong seperti itu, dia tidak sadar bahwa dunia bisa berubah.

Loading...

Baca Juga