oleh

Karakteristik Guru Dimasa Work From Home. Opini Tiara Octaviani

Karakteristik Guru di masa Work From Home. Oleh: Tiara Octaviani, Semester VIII Mahasiswi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Pamulang.

Bagi saya sebagai seorang tenaga pendidik saya sangat merasakan dampak yang sangat besar adanya Virus Covid-19 ini, dan menurut saya adanya WFH saya banyak membawa dampak positif dan negatifnya. Saya berharap negara dan bangsa saya kembali pulih seperti sedia kala. Saya yang biasanya setiap hari mengajar anak di kelas dengan suasana yang ceria dan menyenangkan tetapi semua berubah karna adanya Virus Covid-19 ini, kita di paksa dan dituntut untuk melakukan pembelajaran jarak jauh (daring/online). Kalau di sekolah saya kita memakai program aplikasi Google Classroom, yang dimana itu untuk memudahkan kita dalam memantau dan mengajarkan anak dari jarak jauh. Tetapi ternyata banyak hal yang saya alami ketika pembelajaran daring berlangsung.

Suka dukanya menjadi seorang guru pasti semua dirasakan oleh setiap tenaga pendidik diseluruh penjuru dunia. Kita sebagai guru di tuntut untuk bisa memberikan yang terbaik terhadap peserta didik. Karna seorang guru itu dilihat dari bagaimana sikap dan penampilannya. bagaimana seorang guru memperlakukan siswa dan memberi bimbingan serta arahan yang baik kepada peserta didiknya.

Saya juga ingin menjelaskan beberapa point-point dari dampak positif yang saya rasakan selama pembelajaran jarak jauh ini di masa Virus Covid-19 ini Saya jadi menpunyai banyak waktu untuk bisa mengurus rumah dan anak-anak saya biasanya saya setiap hari berangkat pagi pukul 06.30 dan pulang ke rumah sekitar pukul 15.00. dari situ saya juga kadang merasa kasihan terhadap anak saya yang pagi-pagi sudah saya tinggal, jadi kalau bisa di bilang waktu yang paling lama itu bersama pengasuh. Kadang kalau saya pulang dke rumah yang jaga anak saya juga akan pulang, tapi saya ngerasa kadang saya tidak punya waktu yang tadinya mau membereskan hal-hal yang menurut saya berantakan tapi ternyata kondisi tubuh tidak mendukung.

Tapi semenjak adanya Virus Covid-19 ini saya merasakan dampak yang jarang saya rasakan, saya jadi punya waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus anak saya secara penuh atau full time. Apapun yang saya ingin bereskan bisa saya lakukan dengan baik dan semuanya kelar. Karena selama ini waktu banyak saya habiskan di sekolah untuk memberikan pengajaran dan untuk mencerdaskan anak bangsa serta menyiapkan administrasi sekolah.

Jadi dari adanya WFH ini saya merasakan nikmatnya beristirahat yang penuh dan dan mencintai diri saya sendiri dan keluarga. Dan tentunya saya bisa kerja di rumah. Dan saya merasakan dampak lainnya seperti cucian saya berkurang walaupun sebenarnya yang nyuci bukan saya tapi saya merasakan halnya yang biasanya kalau saya kerja tiap hari maka seragam yang saya pakai pun setiap harinya berubah tetapi selama masa Covid-19 ini dan dengan pembelajaran jarak jauh jadi saya tidak perlu memakai seragam yang gonta ganti. Dan yang selanjutnya saya minim pengeluaran yang biasanya kalau saya kerja saya akan menghabiskan dana untuk makan pagi,siang hingga sore terus belum lagi buat bensin setiap harinya,

Baca Juga :  Tak Ada Kebangkitan Jika Tak Merasa Telah Tertindas dan Terpuruk

Pengeluaran yang selama ini saya keluarkan selama bekerja jadi bisa saya alihkan untuk kebutuhan yang lain seperti membeli susu anak, pampers dan kebutuhan yang lainnya untuk sehari-hari. Ketika WFH ini saya bisa agak sedikit bernafas lega karena biasanya saya menghadapi peserta didik dengan berbagai macam karakter, dan kita sebagai guru harus bisa profesional dan kreatif dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan kondusif sesuai dengan usia anak. Mungkin karena saya masih muda jadi bisa di bilang tidak terlalu buta teknologi alias saya masih bisa menggunakannya.dan karena adanya keinginan yang kuat dari saya untuk belajar dan memperdalam ilmu saya dalam mengembangkan teknologi di zaman sekarang yang sudah canggih serba teknologi.

Sebenarnya di satu sisi saya banyak menemukan macam-macam kelebihan dan kekurangan. Namun inilah kenyataannya ada wali murid yang bisa menggunakan teknologi dengan baik tetapi ada juga yang tidak bisa menggunakan teknologi dengan baik. Nah saya mengalami kesulitan terhadap wali murid yang masih gaptek terhadap teknologi dimana saya harus terus memantau agar si pesera didik bisa mengetahui tugas apa yang saya berikan dan secepatnya di kerjakan lalu di kirim ke saya melalui aplikasi google classroom.tetapi sebenarnya saya sedih dan merasakan penderitaan wali murid saya yang kurang ekonominya dan harus bisa mengajarkan anaknya di sela waktu mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari. Banyank sekali keluh kesah yang di curahkan ke saya selaku wali kelas anaknya. Karena meraka harus mengurus rumah tangga serta mengajark anaknya . Bagi wali murid yang paham teknologi itu malah sangat memudahkan saya sehingga saya hanya akan menunggu hasil jawaban yang sudah saya posting di Google classroom.

Sebenarnya banyak yang komplen dari pihak wali murid terhadap pihak sekolah karen adanya perubahan dari biasanya belajar di kelas dan sekarang harus merasakan pembelajaran daring atau jarak jauh. TTapi semua mau gimna lagi karena semua ini juga tidak ada yang mau hal ini terjadi. Jadi akibatnya semua merasa di rugikan karena adanya Covid-19 ini. Dan dampak negatif yang saya rasakan ketika bekerja di rumah ialah banyak yang membuat saya tidak bisa berkonsentrasi karena saya mempunyai balita yang sekarang alhamdulillah sedang aktif-aktifnya tidak mau diam dan keingintahuan yang tinggi sehingga saya harus lebih ekstra untuk bisa mengajarkan peserta didik saya melalui pembelajaran jarak jauh dan tetap bisa mengurus anak saya dengan baik.

Baca Juga :  Rapid Tes Dikomersilkan, Bukti Penguasa Lepas Tangan. Opini Wijiati Lestari

Tetapi saya sebagai guru harus tetap memberikan pengajran dan perhatian yang luar biasa terhadap smeua peserta didik saya, karna saya harus tetap menjalankan tugas saya dalam kondisi apapun dan dimanapun. Dampak lain yang saya rasakan yaiu biasa pengeluaran membengkak seperti makan dan kuota internet.

Semakin di rumah kadang saya males masak, jadi saya lebih milih untuk membeli dengan cara gofood, kadang saya masak juga tergantung mood kalau saya ga cape pasti saya masak tetapi kalau saya rasa lelah saya paling membeli makanan di luar. Kuota internet yang biasanya sebuan saya hanya menghabiskan dana 85 ribu ini selama pembelajaran daring dalam sebulan saya bisa menghabiskan dana sekitar 200 ribu. WFH juga bisa membuat saya jenuh,bosan dan badannya menjadi pegal, karena saya harus focus di depan layar laptop dan hanphone dan harus membuat tugas anak untuk keesokan harinya serta memeriksa setiap jawaban anak satu demi satu.

Suka dukanya memeriksa jawaban murid dari Hp itu lumayan ya karena tidak semuanya tulisan anak itu bisa kebaca kadang yang berupa bentuk fisik saja saya mengalami kesulitan saat membacanya karena tulisan anak kelas 1 kadang sudah ada yang rapi tulisannya kadang ada juga yang belum rapi tulisannya, apa lagi harus memeriksa jawaban dari HP kadang saya bingung sendiri dengan tulisan anak murid saya. Tapi saya sangat menyayangkan tugas anak yang di kerjakan oleh orang tua peserta didik tersebut, saya sangat mengapresiasi kepada wali murid yang hanya menbantu mendampingi bukan malah membantu mengerjakan tugas anaknya yang di berikan oleh guru tyang bersangkutan, karen selama hampir 6 bulan saya mengajar kelas 1 saya sudah memahami mana yang tulisan anak dan yang mana bukan tulisan anak.

Kadang saya suka sebel sama beberapa wali murid yang sudah saya ingatkan untuk tidak menuliskan kerjaan anaknya tapi tetap sja masih di lakukan ya konsekuensinya ialah ada pengurangan nilai terhadap anaknya walaupun anaknya mendapat nilai 100 tetapi jikalau yang mengerjakan itu orang tuanya bukan muridnya tetap ada konsekuensinya. Karena saya ingin bersikap dil dan profesional sebagai guru yang baik. Karen bagaimanpun juga kalau dibiarkan kasihan kepada anak yang sudah berusaha dan mengerjakan tugasnya sendiri. Jadi kita sebagai guru harus bersikap adil dan objektif dalam setiap menilai dan mengkoreksi.

Kalau saya di suruh harus memilih mau belajar WFH atau belajar di kelas, saya akan memilih untuk belajar di kelas karena bagi saya belajar mengajar yang efektif itu adalah di kelas bersama guru dan tean-teman lainnya sehingga bisa mencapai visi misi yang di harapkan oleh semua pihak. Karena itu memang habitatnya sebagai seorang pendidik. Saya itu awalnya tidak mau bekerja sebagai guru karena sebenarnya cita-cita saya adalah bekerja di kantor, tetapi karena mama dan kakak saya seorang guru dan mereka menyarankan saya untuk menjadi seorang tenaga pendidik.

Baca Juga :  Ketua Tanfiziyah PWNU Sulsel Ingatkan Pentingnya Menjaga Ukhuwah

Awalnya saya tidak tertarik tetapi setelah mencobanya ternyata alhamdulillah saya merasa nyaman dan bahagia bertemu dengan anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Banyak hal yang saya pelajari dari mulai harus mempunyai kesabaran yang ekstra dan harus mampu mengontrol emosi dengan baik. Karena bagaimanapun juga karakter anak kan berbeda-beda jadi kita harus mampu menguasai setiap karakter anak, bagaimana car kita menghadapinya dan bagaimana cara kita dalam membimbing dan mengarahkan kepada sikap dan prilaku yang lebih baik lagi. Dan saya sekarang merasakan rindu untuk mengajarkan anak-anak saya di dalamkelas dalam suasana yang seru dan menyenangkan.

Dalam keadaan yang terjadi seperti saat ini mengharuskan orang tua harus mau ikut andil dalam mengajarkan anaknya layaknya sebagai seorang guru, dimana keadaan yang memaksa orang untuk berdiam diri di rumah, karen apada hakikatnya tugas guru itu tidak bisa digantikan dengan teknologi secanggih apapun. Jika di dalam kelas harus ada interaksi yang di bangun oleh guru dan murid, nah selama pandemi ini orang tua harus bisa membangun interaksi yang baik kepada anaknya. Banyak wali murid yang bercerita ke saya kalau anaknya ngeluh dan bertanya kapan aku bisa sekolah lagi dan diajarkan oleh guruku. Banyak anak yang menangis karena di ajarkan orang tuanya, karena kata anaknya lebih enak di ajarkan oleh guru di banding orang tuanya. Kalau bu guru ngajarnya ga marah-marah kaya mama kata sebagian anak murid.

Ketika rasa percaya terbangun, maka setiap ilmu pengetahuan yang terjadi akan mudah di pahami oleh murid. Teknologi yang digunakan seperti google dan youtube sangat memudahkan guru dalam memberi tugas ke murid. Tetapi yang saya rasakan seperti ada yang kurang jika guru dan anak tidak bertatap muka secara langsung. Namun di masa pandemi seperti saat ini, kita harus menerima kenyataan bahawa guru dan murid hanya bisa berkomunikasi melalui Handphone,laptop dan layar tv di kelas maya. Guru juga merasa sennag karena yang biasanya setiap hari ada yang kena omelinnya karna tidak membuat PR, tidak perlu kasih nasihat ke murid.

Semoga badai ini cepet berlalu dan masing-masing dapat mengambil hikmahnya dari kejadian ini.

Loading...

Baca Juga