oleh

Tolak Komunis dan Semua Sistem Kufur. Opini Heni Kusmawati

Tolak Komunis dan Semua Sistem Kufur. Oleh: Heni Kusmawati, S.Pd, Member Akademi Menulis Kreatif Bima.

“Ganyang PKI “, teriakan massa menggema di Mataram NTB pada ahad, 5/7/2020 lalu. Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Nasional Anti Komunis Nusa Tenggara Barat (ANAK NTB)dipimpin oleh Lalu Pujo Basuki Rahmat tumpah ruah memadati ruas jalan di depan kantor DPRD provinsi NTB. Mereka menolak rancangan undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (HIP) karena disinyalir bermuatan paham terlarang yakni komunisme dan ingin mengubah pancasila menjadi ekasila.

Sejumlah orator menyampaikan orasi terkait penolakan RUU HIP dan beberapa kali meneriakkan “ganyang PKI”. Termasuk orasi dari pimpinan aksi yakni Lalu Pujo Basuki Rahmat menolak dengan tegas RUU HIP dan mengatakan,

“Indonesia hari ini sedang tidak baik-baik saja. Indonesia lagi di rongrong. Komunisme memang ada di Indonesia. TAP MPR belum dicabut. Siapa pun yang akan merusak Pancasila akan berhadapan dengan kita, karena yang melarang agama di Indonesia hanya PKI,” (trans89.com).

Selai di NTB, di hari yang sama sejumlah wilayah lain seperti Jakarta menggelar aksi apel siaga “ganyang komunis” Jabodetabek di lapangan Ahmad Yani Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Dalam apel tersebut, para peserta diminta berikrar untuk siap jihad qital memerangi kaum komunis dan pihak yang ingin mengubah Pancasila menjadi Trisila atau Ekasila (tempo.co).

Baca Juga :  Menteng Raya 58: Kita Suarakan Gerakan Nasional Pembebasan Ustad ABB

Aksi umat menolak komunis patut diapresiasi. Pasalnya jika merunut ke belakang bagaimana kebiadaban partai komunis Indonesia (PKI) terhadap kaum muslim. Tahun 1948 terjadi pembantaian dilakukan oleh PKI terhadap santri dan ulama. Mereka dikurung dalam madrasah kemudian madrasahnya dibakar. Bukan hanya ulama dan santri, rakyat biasa juga ikut menjadi korban. Ada yang kepalanya dipancung, dibakar bahkan dicincang. Selanjutnya pada tahun 1965 juga terjadi pembantaian oleh PKI. Sejumlah jendral berhasil dibunuh oleh mereka.

Hal inilah yang membuat umat menolak mentah-mentah ideologi komunis. Selain sadis dan tidak ada rasa kemanusiaan juga merupakan ideologi yang tidak mengakui adanya Pencipta.

Penolakan terhadap ideologi komunis juga harus dilanjutkan dengan penolakan terhadap paham atau sistem lain yang bertentangan dengan Islam seperti pluralisme yang menyamakan semua agama, liberalisme yang memberikan kebebasan seluas-luasnya tanpa memandang halal-haram, benar-salah serta sistem kapitalisme- demokrasi yang menyerahkan pada manusia untuk membuat hukum, menetapkan halal-haram, benar ataupun salah.

Baca Juga :  Khilafah, Solusi Untuk Rohingya dan Dunia. Opini Saltina

Aturan yang dibuat akan dilegalkan jika banyak yang menyetujuinya meskipun bertentangan dengan syariat Islam. Perzinahan dilegalkan, perilaku elgebete kian dipromosikan, ajaran Islam difitnah bahkan materi-materinya dihapus dari pelajaran di sekolah. Penganut dan pengemban Islam difitnah, dianggap teroris dan dituding ingin merusak NKRI. Padahal sesungguhnya yang merusak NKRI bukanlah umat Islam tapi musuh-musuh Islam yakni kaum kafir barat.

Timor timur yang dulunya bagian dari wilayah Indonesia kini sudah menjadi negara sendiri. Apakah itu karena umat Islam dan ajaran yang dianut?, sekarang konflik yang terjadi di Papua, apakah itu juga karena umat Islam? Justru disana umat Islam menjadi korban, mesjidnya dibakar dan penganutnya dibunuh. Terbaru, yang ingin merubah pancasila menjadi ekasila yang konon dikatakan ideologi negara, apakah mereka adalah pengemban Islam?

Jadi, penolakan terhadap ideologi komunis harus sama dengan penolakan terhadap ideologi kapitalisme saat ini karena sama-sama berbahaya dan merusak peradaban umat Islam. Umat semestinya tak cukup menolak paham atau sistem rusak tatapi harus memperjuangkan sistem yang mampu menjamin keamanan dan kesejahteraan bagi umat. Sistem tersebut adalah sistem Islam (khilafah).
Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang harus diperjuangkan karena merupakan mahkota kewajiban. Pasalnya, tanpa khilafah sebagaimana saat ini, sebagian besar syariat Islam di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, pemerintahan, politik dalam dan luar negeri diabaikan.

Baca Juga :  Krisis Keluarga Ditengah Pandemi Dalam Tinjauan Syariat. Opini Siti R S

Sistem Islam telah terbukti berabad-abad menjadi rahmat bagi seluruh alam. Apalagi Allah telah berfirman :

“Inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah oleh kalian jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang dapat menyimpangkan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah Allah memerintahkan hal itu kepada kalian agar kalian bertakwa” (TQS al-Anam [6]: 153).

Dengan demikian, hanya Islam satu-satunya sistem yang benar. Islam hadir sebagai wujud kasih sayang Allah pada makhluk. Karena itu, marilah kita bersama-sama memperjuangkan tegaknya Islam di seluruh aspek kehidupan. Jangan sampai kita bersikap pragmatis, pancasila dibela mati-matian sementara pembelaan terhadap ajaran Islam (khilafah) biasa-biasa saja.
Wallahua’lam bishowwab.

Loading...

Baca Juga