Logika Agama Apa Hakikat Dunia? Oleh: Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria
Mungkin semua orang bisa bercerita, menjelaskan sesuai perspektifnya. Para sosiolog bercerita dunia begini, para filosof bercerita dunia itu begini. Jadi orang akan bicara tentang hakikat dunia sesuai dengan kerangka fikirnya, sesuai dengan perspektifnya. Kalau kita melihat didalam surah An-Nahl ayat 96-97, Dunia itu dapat dirangkum dalam tiga kata
Dunia itu apa? Rangkuman pertama bahwa dunia itu fana. apa yang ada digenggamanmu pasti habis. rambut kita yang berwarna hitam bisa memutih, gigi kita yang utuh bisa rontok. rambut kita yang lebat bisa rontok juga, kulit kita yang kenyal bisa mengkerut. seseorang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil ada pengsiunnya, apa yang abadi? Tidak ada.
Makanya Imam Syafi’i pernah mengatakan, “orang yang bodoh itu adalah orang yang menganggap bahwa dunia ini abadi”. Padahal dunia ini tidak abadi. Yang kedua, hakikat dunia adalah ujian hidup. Ada ungkapan filosofis yang mengatakan life is never flat (hidup itu tidak datar).
Hidup itu naik turun, ada saat sehat, ada saat sakit, ada saat senang, ada saat sedih. Jadi selama hidup di dunia, ujian itu pasti ada. Baik ujian diri kita pribadi, ujian terhadap keluarga, ujian terhadap ummat dan bangsa kita. Jika kita lihat dan rasakan, ujian demi ujian pasti kita jumpai. Waktu belum menikah ujiannya bagaimana cara mendapatkan jodoh yang baik, setelah menikah menghadapi ujian istri, setelah punya anak ujian anak, setelah punya cucu ujian cucu, itu ujian dalam keluarga.
Bagaimana dengan ujian umat? Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW, ujian bagi umat Islam nanti adalah ada zaman dimana pada zaman itu ummat Islam-Nya banyak tetapi tidak berkualitas. Banyak orang yang mengaku muslim tapi omongannya tidak menggambarkan bahwa dirinya Islam. Perilakunya tidak Islami. Inilah yang saya maksud sebagai ujian umat.
Ujian umat yang lain. Kita lihat masjid-masjidnya megah, tapi kosong dari kegiatan. Orang berlomba-lomba membuat masjid sebaik-baiknya, tetapi masjid sepi dari kegiatan-kegiatan keislaman. Islam lebih banyak menjadi simbol-simbol materi diskusi, materi kampanye. Intinya, agama itu dalam tanda kutip menjadi “jualan”.
Yang ketiga bahwa dunia ini adalah tempat berkarya. Kita di dunia ini bekerja atas dasar iman. Begitu kita berkarya, maka kita harus bersiap-siap menerima berbagai ujian. Makanya, kita sering memohon kepada Allah terutama dalam ibadah shalat agar diberikan diberikan pertolongan saat mendapatkan ujian, dan diberi kekuatan saat melakukan amal sholeh.