oleh

Ladang Investasi Buah Kapitalisasi. Opini Novita Ekawati

Ladang Investasi Buah Kapitalisasi. Oleh: Novita EkawatiPemerhati Sosial.

Indonesia selalu menjadi tempat yang menarik dan aman untuk berinvestasi. Baik oleh para investor asing maupun investor lokal yang memiliki modal besar. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki kondisi perpolitikan yang relatif stabil dibanding negara-negara lain, meski banyak aksi di masyarakatnya, namun berusaha dengan cepat negara memadamkan gejolak tersebut. Apakah itu terkait dengan kebijakan yang pro maupun yang kontra , yang pasti para penguasa berusaha untuk menciptakan iklim ekonomi yang aman bagi para investor dan pengusaha.
——-
Mari kita tengok keamanan untuk siapakah semua investasi tersebut? Ataukah jangan-jangan semua yang tersembunyi di balik meja tidaklah sama dengan yang tampak di layar manapun.

Jika kita telusuri, banyak pembangunan di Indonesia yang dimodali pihak swasta lokal maupun asing dalam pengerjaannya, dengan alasan tak ada dana, dan lain sebagainya. Dari lahan pun Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut bahwa hampir 62 persen daratan Indonesia telah dikuasai untuk keperluan investasi.

Baca Juga :  Golput: Halal Versus Haram, dan Gerakan Ayo Memilih

Negara enggan untuk mengeluarkan dana yang terkait sarana dan prasarana umum yang akan digunakan masyarakat luas. Lebih mementingkan bagaimana menyerahkan proyek tersebut kepada pemenang tender, tanpa melihat lagi keuntungan apa yang akan diraih oleh para pemenang tender dan derita apa yang akan dialami oleh pihak rakyat yang lagi-lagi tidak mendapatkan pelayanan dengan mudah dan murah bahkan gratis dari negara, tidak dipungkiri ini dikarenakan pihak swasta yang memiliki proyek-proyek tersebut akan berpikir untung dan rugi dalam membisniskan sarana tersebut.

Contoh hal kita ambil proyek jalan Tol, yang sudah pasti akan mengorbankan banyak pihak rakyat dalam proses pembangunannya. Mulai tergusurnya rumah-rumah rakyat dengan dalih untuk pembangunan. Kemudian biaya ganti rugi yang tidak sesuai dari harga pasaran atau sering tersendatnya pembayaran wilayah pemukiman atau pertanian yang tergusur, dan itu baru sebagian kecil konflik yang muncul sebelum proyek berjalan.

Bagaimana saat proyek berjalan? Fakta ditemukan dimana banyak bahan yang tidak sesuai dengan bangunan dan beban bangunan yang akan dibuat. Terjadi mark up dalam proses pendanaan namun terkorup dalam pengerjaannya. Minim pengontrolan membuat celah-celah korupsi terbuka lebar, dan jadi pemandangan yang umum di Indonesia.

Baca Juga :  Logika Agama Revolusi Mental, Semakin Pintar Semakin Kurang Ajar

Bagaimana setelah proyek selesai? Tentu para investor tidak mau merugi dalam usahanya. Berpikir sebagaimana para kapital maka siapapun yang menggunakan fasilitas tersebut akan dikenai biaya dan tidaklah murah. Contoh ketika melewati jalan Tol Ruas tol Cikopo-Palimanan yang dikelola ASTRA Infra Toll Road Cikopo-Palimanan (ASTRA Tol Cikopo-Palimanan) memiliki tarif sebagai berikut:
1. Golongan I Rp 107.500
2. Golongan II Rp 177.000

Bukan biaya yang murah, jalan yang harusnya menjadi hak rakyat, fasilitas yang seharusnya dinikmati dengan gratis oleh rakyat, namum tidak lagi di dapat karena semua telah terkapitalisasi oleh negara dan sistem yang menjadi buah dari penerapan sistem Kapitalisme.

Haruskah kita diam dengan keadaan ini, hak yang seharusnya dimiliki ummat tidak lagi di dapat, kesejahteraan yang harusnya dijamin oleh pemerintah tidak lagi diberikan, keamanan dan pendidikan serta seluruh aspek yang harusnya dimiliki ummat kini tidak lagi dirasakan dengan layak, kecuali bagi mereka-mereka yang memiliki uang dan itu hanya secuil bukan seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga :  Mencegah Krisis Ekonomi Global. Opini Novita Ekawati

Inilah bentuk kedzaliman, di saat sistem sudah tidak bisa menempatkan sesuatu pada haknya maka yang akan terjadi kerusakan. Kerusakan tatanan hidup, kerusakan dalam menganalisa sesuatu persoalan apakah buruk ataukah baik, serta kemampuan untuk melihat apakah sistem ini harus dipertahankan ataukah dibuang ke tempatnya, sampah peradaban.
———–
Investasi yang hanya digunakan untuk mengambil keuntungan dari rakyat hanya akan menghasilkan penindasan dan kedzaliman. Tak ubahnya seorang penjajah yang meminta upeti pada rakyat yang hidup di negerinya sendiri.

Sungguh tragis jika masih percaya pada Kapitalisme. Beralihlah pada hukum yang bersumber pada Allah swt, yang takkan pernah merusak tatanan hidup manusia dan alam semesta, karena semua akan berjalan sesuai fitrah dan tempatnya, yaitu sistem Islam yang sempurna dan kaffah, yang akan menjalankan perekonomian secara adil dan merata, tanpa mendzalimi hak warganya.

Wallahu a’lam bisshawab

Loading...

Baca Juga